Monday, September 11, 2017

Nek Krincing


Nek Krincing


Penulis : Bima Soebarkah
Judul : Nek Krincing

Kejadian ini aku alami beberapa tahun yang lalu di sebuah desa yang berada di sumatera,
Saat itu aku sedang liburan di rumah pamanku, rasa penat yang begitu sangat menggangguku hampir setiap hari saat aku bekerja yang membawaku ketempat itu.
Nek Krincing

Sebuah desa yang masih begitu asri dikelilingi oleh gunung - gunung kecil, pepohonan yang rindang, ladang serta pemandangan yang membuat mataku segar, tapi keindahan desa ini juga memiliki cerita mistis yang sudah ada saat pamanku masih kecil kurang lebih 45 tahun yang lalu, pamanku berkata dahulu hidup sepasang kakek nenek yang tak memiliki anak di sebuah rumah kecil yang mereka tempati tak jauh dari rumah pamanku, kakek itu bernama wono sehari harinya mencari nafkah untuk kehidupan mereka bekerja di kebun kecil miliknya, seperti memetik daun singkong untuk di jual, kadang tetangga datang membawakan makanan seadanya, sementara nek wono tidak bisa membantu karena sakit lansia yang di alaminya, jarang sekali warga memanggil pasangan ini dengan nama mereka, karena nek wono memanggil kek wono dengan sebutan si kakek begitu juga si kakek menyebut si nenek.
Nek Krincing

Suatu hari si nenek keluar rumah tanpa sepengetahuan si kakek yang sedang berada di kebun, si nenek yang tak lagi sehat mata maupun pendengarannya kadang keluar mencari si kakek yang berada di kebun tak jauh di belakang rumah dan nyasar, si nenek berjalan mencari si kakek kadang bertanya pada warga yang di jumpainya di jalan "si kakek mana?" orang tersebut pun menuntun si nenek ke kebun milik mereka untuk bertemu si kakek, hal itu terus terjadi selama beberapa minggu yang akhirnya membuat si kakek takut dan khawatir kalau nanti si nenek jatuh atau nyasar kalau tidak ada orang yang menolong, jadi si kakek mencari akal bagaimana cara agar si kakek tau kalau si nenek keluar rumah mencarinya, di ambilnya sebuah lonceng kecil bekas anak kerbau yang pernah mereka pelihara lalu di ikatkan lonceng tersebut ke kaki si nenek dengan tali, jadi setiap nenek berjalan si kakek pun mendengar suara "krincing" , si nenek tak merasa keberatan sedikitpun akan hal itu karena ini juga untuk kebaikannya.

Meskipun sudah di pasang lonceng terkadang si kakek tak mendengar mungkin di karenakan pendengaran si kakek juga mulai berkurang, dan kadang si kakek juga tak ada di rumah karena sedang mengantar daun singkong untuk di jual atau di tukar dengan makanan lain, anak anak di desa lebih sering memanggilnya nek krincing sejak saat itu pula warga menyebutnya "nek krincing".

Saat itu hujan gerimis si nenek berjalan di iringi bunyi lonceng "krincing" mencari si kakek yang memang saat itu tak ada di rumah "krincing..krincing..krincing..." sampai akhirnya suara itu terus menerus berbunyi dan menghilang yang di ikuti dengan suara teriakan yang tertahan, tetangganya yang saat itu sedang tidur siang pun mendengar dan keluar karena penasaran apa yang terjadi, dia pun mencari nek krincing sampai akhirnya dia kaget melihat nek krincing berada di bawah jurang kecil dalam posisi telungkup, padahal jalan ini tak pernah di laluinya, tapi kenapa pada hari itu nek krincing melewati jalan ini, tak ada yang tau akan hal ini, dia pun segera memanggil warga yang lain dan mengangkat jenazah nek krincing dan segera di kebumikan, si kakek yang baru pulang dari pasar saat itu tak percaya dan shock lalu terkena serangan jantung dan akhirnya si kakek pun menyusul si nenek.

Sejak saat itu sesekali warga mendengar bunyi khas nek krincing saat berjalan, bahkan sampai ada cerita dari warga kalau pernah bertemu nek krincing saat malam sambil bertanya "si kakek mana".
Aku yang tinggal di kota yang penuh dengan keramaian tak percaya akan hal itu aku hanya berpikir "apa mungkin? Ah sudahlah" , selesai mendengar cerita dari pamanku aku bergegas mandi karena hari sudah sore, air yang sangat dingin membuatku harus memasak air terlebih dahulu, selesai mandi aku dan pamanku pergi ke masjid untuk melaksanakan salat maghrib karena jarak masjid lumayan jauh, setelah salat maghrib kami pulang tak lama sampai di rumah pamanku mengajakku untuk keluar ngopi di warung depan gang rumah, aku pun langsung mengiyakannya.

Waktu menunjukkan pukul 10 malam, karena aku tak biasa tidur sampai larut malam jadi aku memutuskan untuk pulang, aku juga mengajak pamanku pulang tapi dia masih ingin ngopi, mau tak mau aku pun pulang sendirian, di gang gelap di temani cahaya bulan dan nyanyian jangkrik aku berjalan, aku tak ingat hari apa malam itu, rabu, kamis atau jum'at, sudah setengah perjalanan aku lalui dan tiba - tiba dari kejauan samar kudengar suara bunyi lonceng "krincing", aku hanya terus berjalan sambil berbicara dalam hati "itukan suara loncengnya kerbau warga desa pak roso" tak lama aku menyadari kalau kerbaunya pak roso itu kan sudah di jual 2 hari yang lalu, "krincing" lagi aku mendengar suara lonceng yang kali ini benar - benar membuatku gugup dan mempercepat langkah kakiku, "krincing..krincing.." semakin mendekat dan tiba - tiba kurasakan sesuatu yang dingin menyentuh pundak kananku yang membuatku sontak berhenti tanpa menoleh kebelakang kudengar suara lirih berkata "si kakek mana" membuatku terdiam beberapa detik dan langsung memasang jurus langkah seribu.
Nek Krincing

Aku belum bisa tidur malam itu, setelah pamanku sampai dirumah aku menceritakan kejadian yang barusan aku alami dan sejak saat itu aku percaya adanya hal ghaib, mistis apapun itu.


Artikel Terkait

Nek Krincing
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email