Kisah Nyata : Jebakan Dosen
By : Fajar Saputra
Pernah ku berpikir bahwa semua yang menimpa diri ini adalah karma, karena aku tak setia pada pelajaran yang ada sewaktu ku masih duduk dibangku sekolah.
Kudambakan menuntut ilmu di universitas negri, tak kesampaian sebab ku tak berani unjuk gigi ulah gagal dalam prestasi. Sehingga semuanya hanya tinggal mimpi-mimpi. Meskipun begitu, aku bersyukur masih diberi kesempatan untuk kuliah walau di perguruan tinggi swasta.
Disemester pertama, ada satu mata kuliah yang unik menurutku-mata kuliah yang jadwalnya di malam hari. Sebagian kawanku mempunyai masalah untuk jadwal malam hari tersebut, angkot yang susah lah, jatah istirahat yang dipotong lah dan segudang alasan lainnya yang dijadikan masalah. Tapi, tidak bagiku. Menyoal sukarnya angkot, disisiku selalu hadir kekasih yang setia mendampingiku, Si Ceper.
Ceper merupakan motor hasil modifikasi tanganku sendiri. Dengan body yang panjang, ban kecil, kaca spion antik dan ditempeli banyak stiker disekujur tubuhnya bak tato suku mentawai asli.
Suatu malam, sesuai jadwal kuliah. Si Ceper mengantarku menuju kampus. Dandannya rapi dan bersih sekali karena barusan siap kusirami dan kukeramasi.
Wangi menyeruak menusuk hidung membuat suasana makin romantis. Siualanku mendendangkan lagu yang ku tak tahu lagu apa dan punya siapa (karena memang belum pernah diciptakan, hehehe ^^). Disepanjang perjalanan aku berasyik masyuk bersama Ceper. Tepat di suatu bengkolan, beberapa meter sebelum masuk gerbang kampus terdengar suara memecah gendang telinga.
“Duarr… Puszzf” ban depan Ceper kempes disuntik paku.
“Alamak! Sial!!!” Kesalku menendang ban yang bocor. Segera, tanpa pikir panjang kularikan sepeda motor itu ke rumah sakit motor terdekat, bengkel.
Lama ku menunggu di bangku antrian. Kulirik jam tangan. Aku masih punya waktu 10 menit. Agar tak telat kuliah, kupacu Ceper dengan kecepatan tinggi.
Bersama kawanku, ku menanti datangnya sang dosen yang kukira telah menyajikan kuliahnya. Cemasku pergi tak diantar sebab diriku tak terlambat.
Waktu berputar. Bosan telah bosan membosaniku. 16 menit, 28 menit berlalu. Di menit yang ke 42, sang dosen pun menunjukan batang hidungnya.
Dosen telat itu mempersilahkan kami memasuki kelas. Tak biasa. Seorang pengajar masih mau melanjutkan kuliah walau sudah terlambat nyaris 60 menit.
Hampir semua dosenku “berdisiplin tinggi”. Telat lima menit, silahkan tutup pintu dari luar kelas- absen. Berbeda dengan dosen berwajah tirus yang mengajar evolusi manusia ini. Aku merasa aneh. Bulu romaku berdiri. Pelajaran dimulai. Zzz…
Matahari telah sepenggalan. Dari jauh tampak seseorang tergopoh-gopoh. Dia mendekatiku. Aku dan kawan-kawan yang tengah menikmati jajanan dikoridor memasang sikap manis saat dia melewati kami.
“Maaf ya. Saya tak bisa memberi kuliah semalam”
Ucap lelaki yang bertitel dosen dihadapan kami. Kami mengekor di belakang dengan kerut wajah penuh tanda tanya.
“Tapi pak..! Semalam kita udah belajar evolusi sama…”
Keterangan Serli terputus. Seorang teman diantara kami. Dia mencoba mengingat sebuah nama.
Tepat diambang pintu kelas, lekaki itu menghentikan langkahnya. Memutar badan melihat kami. Tanda tanya besar terukir dikeningnya.
“APA !!?” Teriak sang dosen kaget.
“Saya tak pernah mengkofirmasi seorang dosen pun untuk menggantikanku. Dengan siapa kalian kuliah semalam!?”
“Ma..af..af Pak. semalam kami diajar oleh Bapak yang mengaku bernama Dedet Gustly" Serli berhasil mengingat. Kami gugup. Memang, sebagai mahasiswa baru kami belum kenal banyak dengan dosen, apalagi evolusi adalah kuliah perdana kami.
“APA, Dedet Gustly?”
Bagaikan mendapat tamparan dimukanya, dosen berkaca mata tebal itu makin kaget. Nafasnya tak teratur. Begitupun kami yang bertanya-tanya
“Ada apa ini!”
“Dedet itu telah MATI” Jelas dosen bernama Popon ini.
“WHAT?”
Seketika Semuanya terdiam.
CHI
Kisah Nyata 'Jebakan Dosen'
4/
5
Oleh
Van