Sunday, November 19, 2017

Urban Legend 'Deadly Knock'

Urban Legend 'Deadly Knock'

Judul : Deadly Knock
By : Dhimas

“Bangun!! Apa kau tidak berfikir untuk kerja hari ini Tio?!” ucap Febri temannya. 
“Iya iya.. sabarlah!” ucap Tio sambil mengucek matanya
*DEGG
“Fe..Febri.. aku lupa kau sudah tiada” ucap Tio sambil menunduk

Flashback

“Heyy Febri.. bagaimana perasaanmu saat pertama kali kerja? Hwuahahahaha menurutku ini sempurna” ucap Tio sambil merangkul Febri saat akan pulang kerja. 
“Kau tahu Tio? Banyak yang bilang bahwa kantor ini angker.. sangat angker. Makanya aku menolak lembur bos tadi siang” ucap Febri. Tio hanya mengernyit.
“Jangan berfikir yang tidak-tidak bodoh.. itu hanyalah cerita yang berkembang disini.” Ucap Tio sambil tertawa di tempat parkir. 
“Tapi aku serius yo.” Ucap Febri dengan mimik yang serius. 
Tiba tiba angin datang dengan semilir yang dingin. Menakutkan. 
“A-ada apa?” ucap Tio gemetar. 
“Sebaiknya kita cepat pergi dari sini Yo” ucap Febri yang berlari ke mobil, diikuti oleh Tio.
“Ayo! Cepat aku sudah lelah” ucap Febri yang sudah msuk terlebih dahulu. 
“Tunggu aku masih bingung kenapa kau sangat terburu buru?!” ucap Tio penasaran. 
“Sudah! Aku bilang jalan saja!” ucap Febri marah. 

Tio bingung kenapa temannya jadi sangat emotional? Akhirnya mereka pulang dari kantor. Saat itu merekalah yang terakhir pulang.
Mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang mengawasi mereka dari kejauhan
“Tio” ucap Febri. 
“Ya ada apa? Apakah kau ingin mengajakku makan? Kau banyak uang?” ucap Tio terkekeh. 
“Bukan itu yo. Aku ingin melanjutkan ceritaku tadi.” Ucap Febri. *glekk Tio menelan ludah 
“Ya baiklah..” ucap Tio pelan.
“Sebenarnya... banyak yang bilang bahwa sudah ada banyak kasus pembunuhan maupun bunuh diri di kantor tersebut. Yang jadi masalahnya adalah, penyebab pasti kematian mereka masih belum diketahui. Sebagian saksi berkata bahwa korban korban kematian itu. Sebelum mati mereka mendengar suara seperti ketukan pintu yang berjumlah ganjil. Lalu ke esokkan harinya orang yang mendengar suara itu akan mati secara perlahan.” Ucap Febri mengakhiri ceritanya

“Okeh.. cukup ceritamu. Kurasa AC nya terlalu dingin” ucap Tio sambil mengecilkan suhu AC. 
“Tu-tunggu.. apa yang kau maksud mati secara perlahan?” sambung Tio. 
“Mereka mati dalam hitungan 24 jam setelah mereka mendengar suara itu. Bisa dibilang jiwa mereka... dihisap oleh ‘makhluk’ itu” ucap Febri dengan mantap. 
“A-apa kau tidak takut dengan ceritamu sendiri?” ucap Tio mulai ketakutan. 
“Hahahaha ayolah yo. Itu hanya cerita. Kau sendiri yang bilang bahwa hal itu tidaklah benar. Ya kan?” ucap Febri tertawa.

*Knok...knok...

“Su-suara apa itu?” ucap Tio setelah mendengar suara ketukan pintu. Padahal mereka berada di jalan tol yang sepi dan lancar. 
“Hi-hitung.. hitung jumlah ketukannya” ucap Febri dengan wajah yang sangat ngeri.

*knok...knok...knok...knok...

“Syu-syukurlah.. ketukan itu berhenti di enam ketukan.. harusnya kita baik baik saja..” ucap Febri dengan lega. 
“Ya semoga saja.” Ucap Tio dengan ketakutan.

*knok...

“Tu-tujuh” ucap suara yang dingin dari arah belakang.
*ckiiitt... Gubrak!

“Febri! Febri sadarlah!” ucap Tio. 
“Hi-hitung. Hitung waktunya” ucap Febri dengan terbata bata saat dibawa ke UGD. 
“baru 6 jam. Harusnya kita selamat” ucap Tio. 
“Ti-dak.. kau selamat. Kau tidak mendengar ketukan ketujuh kan?” ucap Febri dengan yakin. 
“A-apa? Ada 7 ketukan? Tidak tidak.. aku hanya mendengar 6” ucap Tio khawatir dengan temannya. “Kutukan ini akan berlanjut yo. Kau harus menerimanya. Kau hanya harus menunggu.. menunggu” ucap Febri sebelum masuk ke Ruang operasi.
“Tunggu! Febri!” ucap Tio ingin mengejar temannya tapi mustahil baginya. 

8 jam 

“Apakah benar anda bapak Tio?” ucap dokter disitu. 
“Y-ya.. bagaimana keadaan teman saya dok?” ucap Tio was was. 
“Alhamdulillah teman anda baik-baik saja. Dia hanya mengalami gegar otak ringan. Sehingga tidak terlalu parah. Dia harus beristirahat beberapa jam lagi.” Ucap Dokter tersebut. 
“Sebaiknya anda tidak mengunjunginya terlebih dahulu.” Sambung dokter itu. 
“baiklah dok. Saya akan kembali lagi nanti” ucap Tio

12 jam

“Febri.. kau sudah sadar?” ucap Tio yang setia menunggu di sebelahnya. 
“Y-ya apa yang terjadi?” ucap Febri. ‘Mungkin alangkah baiknya bila tak kuceritakan yang terjadi’ ucap Tio dalam hati.
“Kau kecelakaan karena aku mengantuk saat mengemudi” ucap Tio dengan ekspresi seakan akan bersalah. 
“Huh.. dasar kau bodoh. Sudah kubilang kau harusnya tidak menyetir saat mengantuk” ucap Febri terkekeh. 
“Oh ya.. siapa dia?” sambung Febri. 
“siapa?” ucap Tio menengok kesegala ruangan. Tetapi dia hanya sendirian. Toh keluarga Febri ada di luar pulau jawa. 
“Ituu.. yang ada di sebelah pojok dia selalu menatap ke arahmu” ucap Febri ringan sambil menunjuk ke arah pojok kamarnya. 
“Ti-tidak ada apa apa disana” ucap Tio menenangkan.
*srrrr
‘angin ini’ ucap Tio dalam hati

15 jam

*tut.. tut. Tut..
“Febri! Febri! Kau tidak apa apa?!” ucap Tio panik karena tekanan darah dan jantungnya tidak stabil. “DOKTER!! DOKTER!!” ucap Tio karena panik.
Dokter pun datang dan menangani Febri dengan cekatan. Tetapi Tio menangkap gerak gerik aneh. Saat menatap wajah Febri. Febri terlihat tersenyum sambil kejang. ‘apa-apaan ini?’ ucap Tio dalam hati merasa heran.

20 jam

*kring..kring..kring..

“Ya halo? Dengan tio di tempat?” ucap tio saat ada di rumahnya. Maklum saja tadi siang ia pulang kerumahnya. Karena ia juga butuh istirahat. 
“Apa?! Baiklah saya akan segera kesana” ucap Tio khawatir. Dia mendapat kabar bahwa temannya menjadi kritis. Ntah apa yag terjadi.
“Bagaimana dok?” ucap Tio. 
“Nak Tio.. mas Febri tadi tiba tiba collapse dan kami menebak mungkin nak Febri ini hanya bisa bertahan selama 5 jam lagi.” Ucap dokter itu. 
“li-lima jam?!” ucap Tio terkejut. Ia mengecek jamnya dan benar saja 5 jam lagi adalah waktu kejadian kecelakaan itu.

“Febri!” ucap Tio sambil menghampiri Febri yang terbaring lemas di kamarnya. 
“Tio” ucap Febri lemas,dengan wajah pucat dan tubuh yang dingin. 
“Tio.. ia sudah memulainya” ucap Febri dengan wajah datar. 
“Dia? Dia siapa?” ucap Tio ketakutan. 
“Makhluk itu. Yang berada di pojok.. semalam dia mengeluarkan seperti tentakel aneh yang menjijikan. Dia.. menghisapku. Tapi aku tak tahu apa yang ia hisap” ucap Febri. 
“Dan sekarang dia menatapmu dalam dalam” sambung Febri
*Glekk..
“A-apa apaan ini..” ucap Tio pelan. 
“tenanglah Febri ini sudah pukul 12 malam. Dan kau masih hidup! Positif lah bahwa kutukan itu hanya mitos. Kau masih hidup hingga sekarang” ucap Tio saat melihat jam bahwa sudah pukul 12 malam. “tidak.. kau salah.” Ucap Febri. 
“Dia mulai menggerogotiku. Aku akan.....” ucapan Febri terputus.
*Tuuuutt......
“Dia sudah tiada nak Tio” ucap dokter yang menjaganya. 
“Tidak! Tidak!? Kau tidak akan meninggalkanku sendirian kan?! Febri! Jawab?!” ucap Tio.

Now

Ya memang sudah beberapa tahun lamanya dia pergi. Tapi tetap kenangan tentang Febri tak bisa dengan mudah dihilangkan oleh kawannya. 
“Kau adalah teman yang baik. Karena kau adalah teman yang baik. Maka aku akan membunuhmu dengan cepat” ucap seseorang dalam kamar Tio. 
“Si-siapa kau?! Apa yang kau bicarakan” ucap Tio seorang diri. 
“Kau tidak usah naif! Kau tahu apa yang terjadi. Ini aku.. Febri. Yang ingin ku katakan adalah...” ucapan itu terputus untuk sementara.
“Aku akan mengambil nyawamu dengan tanganku sendiri” ucap suara itu dibarengi dengan datangnya Febri dari arah pojok kamarnya.

*KNOK....

“Sekarang jadi 7” ucap Febri dengan senyuman yang menakutkan. “Tidaaaaaaaaaaaaaaaaaaaak!!!!!” Teriak Tio.

Keesokkan harinya

“Telah ditemukan seorang mayat dengan keadaan yang sangat memprihatinkan dengan organ tubuh yang berceceran. Diduga mayat ini baru ditemukan setelah 24 jam tertutup di lemarinya sendiri. Pada awalnya...” suara TV yang mmenuhi sebuah ruangan.
“Sudah kubilang bahwa kutukan itu hanyalah mitos” ucap Andi. Salah satu pegawai disana dan temannya.

*knok..knok...knok...


HCI

Artikel Terkait

Urban Legend 'Deadly Knock'
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email