Tuesday, July 31, 2018

Story : Project Anesthasia


Siapa mereka?, siapa diriku?, aku tak tahu apapun yang terjadi saat ini. Mengingat hanyalah membuat rasa sakit yang ada pada kepalaku. Kedua tangan ku di borgol erat, bahkan sulit untuk menggerakan jari jari ini. Lampu ruangan yang berkedip kedip tanpa henti, serangga yang merayap-rayap diatas lantai retak dan kotor penuh dengan air yang terkontaminasi.

Panik sembari menggoyakkan rantai yang menyatuh dengan borgol ini. Mengapa aku berada di sini merupakan pertanyaan yang paling besar didalam pikiranku. Aku tak tahu harus berbuat apa, tetapi sesuatu yang tidak ku inginkan itu terlihat tengah mendekat dari balik pintu besi yang berkarat.
Panik semakin meninggi demikian juga dengan rasa takut yang tak terkendalikan. Aku terus menggoyakkan rantai tanpa henti, walau terdengar menghabiskan waktu yang sia-sia, aku beruntung rantai tersebut berkarat. Dengan satu kali tarikan rantai itu akan hancur.

Suara yang terdengar menggeliat seperti siput, cairan yang lengket mulai membanjiri sela-sela pintu. Aku berhasil terlepas dari rantai dan dengan berusaha ku mendobrak pintu itu sebisaku.
Pintu besi itu terbuka dengan mudahnya, dan terdapat koridor yang gelap. Sempat ku melihat kebelakang pintu besi itu, dimana sesuatu yang amat mengerikan terlihat dengan mata telanjang.
Sesuatu yang besar, hampir memenuhi ruangan koridor, berwarna putih pucat dan tentakel yang berada di wajahnya, sambil meraihkan tangan yang berlendir dengan ribuan tentakel bertaring tajam mencoba menggapai tanganku yang tengah terikat erat dengan borgol.

Ketakutan membuat ku membeku sementara, dan ku mencoba lari tanpa arah tujuan untuk menghidari dari makhluk itu. Tubuhnya yang besar mungkin sulit untuk bergerak tetapi lendir itu membantunya untuk menggeliati ruangan layaknya siput dengan cepat.

Berlari tanpa henti menuju pintu dengan kalimat keluar diatasnya. Aku mendobrak pintu itu seperti hal yang kulakukan sebelumnya. berhasil dan melihat cahaya yang terang di hadapan ku, aku berupaya menggapainya dengan senyuman yang lega.

Aku membuka mataku, melihat ruangan yang baru saja ku hindari yaitu ruangan yang sama. Pintu besi, rantai yang berkarat kini tidak lagi berkarat, serangga yang merayap diatas lantai retak dan kotor di penuhi air yang terkontaminasi dan suara yang tidak ingin kuingat kembali.
Terdiam dan membeku seperti patung, menatap langit-langit dan menyadari sesuatu keajaiban yang terjadi hanyalah mimpi. 

Senyum dan tertawa gila... " inilah akhirnya. "

Story by : Nathan Oliver Claire