Thursday, December 14, 2017

5 Tempat Paling Angker di Solo

5 Tempat Paling Angker di Solo

5 Tempat Paling Angker di Solo - Solo adalah nama sebuah kota di Propinsi Jawa Tengah, Kota Solo (resminya Surakarta) dibangun pada tahun 1745, dimulai dengan pembangunan Keraton Kasunanan sebagai ganti ibu kota Kerajaan Mataram di Kartasura yang hancur akibat pemberontakan orang-orang Cina melawan kekuasaan Susuhunan Paku Buwono II yang bertakhta di Kartasura pada tahun 1742.
Nah disini ada beberapa tempat angker yang ada di Kota Solo, berikut 5 Tempat Paling Angker di Solo :

1. RS. Kadipolo
5 Tempat Paling Angker di Solo

Adalah Rumah Sakit untuk para Abdi Dalem Keraton Surakarta bernama RS. Kadipolo, Rumah Sakit ini didirikan pada masa Pakubuwono X.
Sejak tahun 1976 RS Kadipolo sudah tidak dipakai lagi, dan baru pada awal tahun 90an sempat dijadikan mess tim Sepak Bola Arseto. Kala itu, kawasan itu benar-benar tempat paling ideal untuk membangun kekuatan tim sepak bola, mess pemain terbagi menjadi empat, yakni mess pertama di bagian barat, dekat parkir untuk Agung Setyabudi.
Kemudian ruang besar dibagian tengah untuk pemain yang masih bujang, salah satunya ditempati Komang. Serta ruang bagian timur untuk pemain yang sudah berkeluarga. 
Banyak hal ganjil yang di rasakan oleh para pemain selama menghuni mess ini, sosok kakek tua di sekitar mushola yang kerap menampakan diri, konon pada saat masih menjadi rumah sakit juga kerap terjadi bunuh diri di tempat ini.
kini bangunan yang ada di daerah lewayan ini tak terawat dan terbengkalai.

2. Jembatan Bacem
5 Tempat Paling Angker di Solo

Jembatan Bacem bagi korban peristiwa 1965 adalah pusara, jembatan yang berada di atas aliran sungai besar Bengawan Solo dikenal sebagai tempat jagal para tahanan terduga anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) atau organisasi yang berafiliasi dengan partai itu. Sepintas Jembatan Bacem ini nggak ada istimewanya sama sekali. Akan tetapi jika kita berada di jembatan kecil dari arah Wonogiri menuju Solo kemudian memandang ke sungai Bengawan Solo, kita akan melihat suatu pondasi tua Jembatan Bacem lama, Pondasi tua itulah saksi bisu tragedi pembantaian massal yang pernah terjadi 50 tahun silam di tempat ini. Hingga saat ini masih sering terdengar tangisan dan jerita pada malam tertentu di jembatan ini

3. Omah Lowo (kelalawar)
5 Tempat Paling Angker di Solo

Di namakan Omah Lowo oleh warga sekitar karena rumah ini dihuni oleh puluhan ribu kelalawar, bau menyengat kotoran dan kencing kelalawar tercium hingga jalan raya depan rumah ini, tak banyak yang tahu, rumah yang terletak di perempatan Purwosari, tak jauh dari Stasiun Purwosari, ini memiliki banyak kisah sejarah.
Omah Lowo merupakan bangunan peninggalan Belanda pada abad ke-19. Tidak banyak sumber sejarah yang menyebut siapa yang pertama kali menghuni rumah seluas 1.500 meter persegi tersebut. Namun demi kian, ada catatan yang tertinggal dari rumah kelelawar ini. Pada 1945, Omah Lowo dimiliki keluarga Cina bernama Sie Djian Ho. Sie Djian Ho seorang sau dagar kaya penguasa bisnis penerbitan, per ke bunan, serta pemilik pabrik es di kota Solo. 
Sosok bayangan tinggi besar bermata merah adalah hal yang sering orang temui di rumah ini dan juga suara seperti benda jatuh dari atap yang membuat kaget pengguna jalan

4. Loji Gandrung
5 Tempat Paling Angker di Solo

Loji Gandrung yang nitabene nya adalah rumah dinas Walikota Solo ternyata tidak lepas dari kisah misteri, Berdasarkan keterangan salah satu wali kota Solo, bekas kamar Sukarno itu menyimpan aura mistis yang bisa membuat bulu kuduk seseorang merinding saat tidur di kamar tersebut.
Dari kamar tersebut akan tercium bau bunga melati di bekas kamar Sukarno yang terdapat di Loji Gandrung. Padahal menurut wali kota Solo, tidak dipasang pengharum ruangan aroma melati. Cerita tentang ular di meja makan dan penampakan Noni belanda adalah cerita yang paling populer di bangunan ini

5. PG Colomadu
5 Tempat Paling Angker di Solo

Sejarah awal pembangunan Pabrik Gula Colomadu diawali dari ketertarikan seorang Raja Mangkunegaran kala itu yaitu KGPAA Mangkunegara IV yang tertarik untuk berbisnis di industri gula. Maklum saja, kala itu tanah Jawa banyak didominasi oleh kawasan perkebunan salah satunya perkebunan tebu yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda. Selain itu, berakhirnya Perang Diponegoro membuat kekuasaan raja-raja di tanah Jawa dikurangi oleh Pemerintah Hindia Belanda yang berdampak pada menurunnya pendapatan kerajaan.
Bangunan tua, suara lori berdecit melaju perlahan sering terdengar di malam hari di kebun tebu belakang pabrik ini, semakin suara didekati, lori malah melaju semakin menjauh ke dalam.

Artikel Terkait

5 Tempat Paling Angker di Solo
4/ 5
Oleh

Berlangganan

Suka dengan artikel di atas? Silakan berlangganan gratis via email