Tuesday, October 31, 2017

Insiden Sekolah

Insiden Sekolah

Judul : Insiden Sekolah
By : Gugun

Aku duduk di kursiku sambil menunggu guru sekolah, aku membaca buku tentang hal mistis, aku sangat suka dengan berbauhoror.
“Sut, sut, hey” ucap putri temanku menepuk pundakku.
“Ada apa putri ?” tanyaku berbalik.
“Kamu tahu insiden di belakang sekolah yang pohon besar itu, dulunya ada hantunya” ucap putri meyakinkanku.
“Masa sih coba nanti kalau pulang nanti kita lihat”.
“Okey”.

Jam pelajaran sekolah pun selesai, semua murid berhamburan keluar kelas, aku masuk memasukan bukuku dalam tas dan berjalan menuju pohon besar yang ada di belakang sekolah. Untuk tahu bagaimana cerita putri tentang insiden itu. Sesampainya disana kami mengelilingi pohon besar ini, dan putri mulai menceritakan tentang insiden yang terjadi di sekolah ini, kata putri dulunya di sini adayang terbunuh oleh hantu entah apa badannya di temukan di pohon besar ini, tapi kepalanya tidak dapat di temukan sama sekali.

Aku pun pulang ke rumahku bersama putri,kami mengerjakan pekerjaan rumah kami bersama sambil membuka browsing mencari, tak lama aku pun mendapatkan insiden yang terjadi di sekolahku. Tertulis jika kamu melihat kepala di laci kalian, berarti tak lama lagi kalian akan mati, jika kalian tidak mendapatkan kepala tersebut, selama 2 hari kalian akan mati.

Lalu putri hanya terdiam membisu.
“Kamu kenapa apa ada yang salah?” tanyaku.
“Aku, waktu aku mengambil buku di kelas, aku melihat kepala tersebut apa aku akan mati?” ucap putri yang takut.
“Itu ini hanya dunia maya jangan percaya putri” ucapku menenangkannya.*Tok, tok, tok. Suara ketukan pintu yang mengagetkan kami, ternyata ibuku yang ada di balik pintu

“Ada apa ibu?” tanyaku.
“Apa temanmu menginap disini? Ini sudah jam 9 malam” ucap ibuku.
“Tidak tante aku sebaiknya pulang saja sudah larut”.
Aku pun mengantar putri sampai di gerbangku.
“hati-hati ya putri”.
“Iya lita bye sampai bertemu di sekolah”.

Keesokan harinya aku tidak melihat putri datang ke sekolah, ada apa dia tidak berangkat, apakah dia sakit, kemarin baik-baik saja (gumamku), aku pun mengikuti pelajaran sampai selesai.
“Lita” ucap guruku.
“Iya ada apa pak” ucapku sambil meletakkan buku di tas.
“Kenapa putri tidak masuk?” tanya pak guru.
“Saya tidak tau pak kemarin sama saya pakdan baik-baik aja”.
“Coba nanti kamu tanya putri ya lita kenapa tidak masuk sekolah” ucap pak guru sambil meninggalkanku.

“Aku terus menelpon putri tapi tidak di angkat angkat, aku menelponya lagi ini sudah yang ke 4xkalinya
“Halo halo put” ucapku
“Aduh, kamu kenapa sih menelepon terus?”
“Kamu kenapa tidak masuk sekolah?”.
“Aku sakit jadi aku berobat, hpnya aku tinggal tadi”.
“Oh gitu, ya sudah cepat sembuh ya”.
Telepon pun terputus saat aku menaruh buku dan pulpenku terjatuh, aku mengambilnya saat aku mengambilnya. Aku melihat kepala di laci, dia menatapku dengan tatapan tajam aku berteriak teriak ketakutan.
“Hay kamu kenapa?” ucap salah satu teman kelasku.
“Tidak apa-apa kok”.
Aku berlari menuju ke kamar mandi untuk cuci muka, apa yang aku lihat hanya halusinasiku saja, aku pun mencoba menelepon putri lagi, tiba-tiba kaca yang ada di depanku pecah tak tahu kenapa.
“Halo, halo” ucap suara telepon.“Iya halo apa kamu sudah baikan putri?”“Ini ibunya putri, putri kecelakaan kemarin malam lita” ucap ibu putri.

Aku kaget mendengar perkataan ibu putri tadi, bahwa putri kecelakaan kemarin malam lalu tadi yang angkat teleponku itu siapa, yang bilang sakit. Aku pun pulang dengan rasa kebingungan. Keesokan harinya guru memberi tahukan bahwa putritelah meninggal, semua murid terlihat kaget karena tiba-tiba putri meninggal dengan keadaan kepalanya terpisah dengan badannya, pikiranku mengingat perkataan putri terakhir yang melihat kepala di dalam laci. 

Aku pun sepulang sekolah harus menemukan kepala tersebut supaya aku tidak mati seperti putri, aku menggeledah semua laci-laci sekolah tapi tidak dapat juga pikiranku mulai kemana-mana.Apa aku akan mati seperti putri nanti, tiba-tiba meja paling belakang pojok dekat jendela bergoyang sendiri, aku mulai mendekatinya perlahan-lahan. 

Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, aku kaget dan berbalik.
“Apa yang kamu lakukan disini?” ucap pak guru.
“Aku, aku” ucapku.
“Ikut bapak ke kantor”.
Aku pun ikut ke kantor karena aku di kira ingin mencuri, lalu aku pun menceritakan tentang insiden tersebut tapi pak guru tak mempercayainya aku pun pulang. 

Malam pun tiba, aku hanya bisa terdiam di kamar berpikir terus apakah aku akan seperti putri. 
Suara ketukan pintu memecahkan lamunanku.
“Iya masuk”.
“Kamu kenapa nak tidak makan, apa kamu baik-baik saja?” tanya ibuku.
“Aku tidak apa-apa kok bu”.
“Ini kenapa nak leher kamu berdarah” ucap ibuku memegang leherku.
“Mana bu”.
“Ini ada darah”.
“Mungkin tergores sesuatu bu”.
“Iya sudah ibu tinggal dulunya nak selamatmalam”.
“Malam bu”.loading...

Saat di sekolah aku memegang leherku apakah hanya goresan kecil, guru pun memanggilku ke atas untuk menjawab soal matematika. 
Saat aku sudah menjawab soal dan berbalik ke belakang, semua murid tidak ada di kelas, aku bingung mereka pergi kemana tiba-tiba saja menghilang. 
Terdengar suara tulisan papan tulis, aku mulai berbalik perlahan aku kaget apa yang aku lihat. Perempuan menulis di papan tulis tanpa kepala aku kaget setengah mati. 

Aku berbalik untuk tidak melihatnya. Aku berbalik lagi sudah tidak ada, tertulis di papan tulis tolong, aku pun terbangun dari mimpiku. Mimpi apakah tadi (pikirku) aku mulai berpikir sejenak apa yang barusan aku mimpikan, aku pun langsung membuka laptop dan mencari cara memanggil arwah yang sudah mati. 
Aku pun mencari dan mencari akhirnya aku mendapatkannya, caranya menggunakan papan kouja, aku membaca beberapa artikel untuk aku pahami.
Aku pun membuat dengan kertas dan ku tulis kata untuk memanggil arwah, lalu aku bergegas pergi menuju ke sekolah. 

Jam menunjukan pukul 00:10 tepat tengah malam. Sesampainya di sekolah aku mencari kelasku dan mulai duduk di kelas yang sangat gelap sendiri hanya di temani oleh lampu handphoneku. Aku mulai membaca doa untuk memanggil orang yang sudah mati. 
“Jika kamu ada di sini tolong bilang iya” tiba-tiba gelas yang aku tindih, dengan jariku bergerak ke huruf-huruf yang aku buat mengeja huruf (Ya).
Aku kaget karena ini baru pertama, aku pun melanjutkan pertanyaanku.
“Kamu siapa?”gelas mulai bergerak lagi mengeja namanya.
“Wanida, apa yang harus aku lakukan untuk menolongmu?”.
“T-e-m-u-k-a-n K-e-p-a-l-a-k-u”.
“Dimana aku harus menemukannya?”.
“I-k-u-t-i S-a-j-a”.

Tiba-tiba angin bertiup kencang, aku menjauh dari kursiku, terlihat 3 orang murid memasuki kelasku, terlihat yang satu perempuan mirip dengan yang aku lihat di internet dia adalah wanida yang terkena insiden itu. 
Aku melihat dia membawa kertas kouja untuk memanggil orang yang sudah mati, aku melihat tanggal di papan tertulis 8 oktober 2004 lalu.
“Apa yakin ingin memanggil arwah yang sudah mati wanida” tanya temannya.
“Aku yakin aku sudah pernah mencobanya”.
“Tapi apa kamu tidak takut apa nanti ada yang terjadi sama kita”.
“Tenang saja mana ada hantu bisa menyakiti kita, tidak mungkin, mereka mulai membaca doa untuk memanggil orang yang sudah mati”.
“Apakah kamu hantu di sekolah sini?” gelas yang mereka tindih dengan jari mulaibergerak.
“I-y-a”.
“Bagaimana kamu bisa mati?”.
“Apa yang kamu lakukan semasa hidup”.
“Apa yang harus kami lakukan untuk membantumu?” tanya wanida.

Gelas mereka tak bergerak-gerak ,tiba-tiba gelas mereka bergerak begitu cepat mengeja nama. “Mati”.“Hey jangan bercanda dong kamu”.
“Aku tidak melakukannya, hantu yang lakukan!”.
“Tolong kami!”.Tiba-tiba masuk pak satpam di kelas.
“Apa yang kalian lakukan disini?”.
“Tidak pak kami lupa sesuatu yang tertinggal di kelas, kami sudah mendapatkanya wanida memasukan barang-barangnya ke tas tiba-tiba gelasnya terjatuh, pak satpam jatuh begitusaja beberapa menit kemudian. Dia terbangun dan tak berbicara”.

“Apakah anda baik-baik saja?” tanya wanidaPak satpam mengeluarkan pisaunya dari sakunya, dan menusuk langsung perut wanida dan menarik ke meja. Dan mulai memotong kepalanya, teman mereka lari keluar kelas menyelamatkan diri. Aku sangat ketakutan melihat, pembunuhan wanida badanku lemas dan gemetar rasanya.

Kepala wanida terputus dari lehernya, badan wanida pun terjatuh mengeluarkan darah segar dari lehernya. Aku mengikuti ketakutan melihatnya pak satpam pergi membawa kepalanya. Tubuh wanida mulai bangun perlahan dan menunjuk ke arah pak satpam itu.
Akupun mulai mengikuti pak satpam dia turun ke bawah aku mengikutinya, dia berjalan ke arah gudang yang terkunci itu dan kemudian menggilang dari pandanganku. 
Aku membuka kunci gudang menggunakan palu, suasana terlihat gelap sekali aku menyalakan lampu ponselku, aku pun menulusuri semua gudang mencari kepala wanida, tiba-tiba laci yang di tengah bergoyang aku mengarahkan senterku ke laci.Ternyata kepala wanida disana, terlihat terbungkus oleh kain. Aku mulai menariknya tapi lengket, aku pun menggunakan tenagaku dan akhirnya bisa,lalu aku mulai membuka kain yang menutup kepala wanida. 

Terlihat kepala wanida sudah tak terbentuk lagi, kulit kepalanya sudah mengelupas, ingin rasanya aku muntah. Aku pun mulai membacakan doa untuk wanida.
Kepala wanida mulai menangis membuatku takut, semakin lama tangisan itu semakin keras seperti melihat orang yang akan membunuhnya. Doaku pun selesai tangisannya mulai berhenti. 
“Kamuaman sekarang” ucapku menangis sambil memeluk kepala wanida, aku pun menuju ke pohon besar yang ada di belakang sekolah tempat insiden itu. Aku mulai menguburkan kepala wanida dan mulai membaca doa untuknya. Selesai aku membaca doa, aku melihat ponselku berdering, ternyata ibuku sudah telepon aku 10 kali, aku pun segera pulang.

Sesampainya di rumah ibu dan ayah sudah menungguku di sofa.
“Kamu dari mana saja lita kami kawatir sama kamu” ucap ibuku yang langsung memelukku.
“Aku membantu temanku bu ini sangat penting dalam hidupku” ucapku.
“Lain kali jangan gitu kami mencari-cari kamu tadi”.
“Iya ayah”.
“Iya sudah ibu buatkan sarapan pagi pasti kamu lapar lita”.
“Iya bu”.
“Lita siapa yang kamu bawa kesini?” tanya ibuku yang melihat di pintu.

Tiba-tiba ibuku terjatuh, gelas yang aku pakai untuk panggil arwah bergerak ke bawah dan pecah, aku ingat kejadian tadi waktu gelas jatuh pak satpam di rasuki oleh hantu.
“Ayah, jangan dekati ibu, ah! Ayah!” teriakku melihat ibu menusuk-nusuk ayahku dengan pisaunya.
Aku berlari, ibuku menarikku dan aku terjatuh. Kaca mataku juga terjatuh, pandangaku samar-samar, dan sekarang badanku di tindih oleh kursi aku tidak bisa bergerak. 
Aku melihat di cermin orang yang menindihku bukan ibuku tapi hantu, dia menggunakan baju adat, sambil membawa pedang yang panjang dan menari-nari.

Berarti dia yang tadi merasuki pak satpam, dan teriakan kepala wanida tadi dia ingin membunuhku tapi tidak ada tubuh manusia, yang dia gunakan untuk membunuhku. Sekarang dia menggunakantubuh ibuku, orang itu mulai mengayunkanpedangnya dan memotong kepalaku, darah segar mengalir dari leherku dan semua menjadi gelap tak terlihat apa-apa. Selesai.

Tepukan Misterius

Tepukan Misterius


Judul : Tepukan Misterius
By : Fajar Saputra


Sepasang suami istri sedang hiking dan tak sengaja masuk terlalu dalam ke hutan sehingga mereka tersesat. Hari pun semakin gelap, ini membuat mereka tidak bisa berjalan lebih jauh karena akan membahayakan mereka. Dengan asa yang tersisa sedikit, sepasang suami istri tersebut mencoba menapaki jalur setapak secara perlahan.
Mereka harap ada jalan keluar yang bisa mereka temui.

Beruntung, saat sedang meraba dalam kegelapan, mereka bisa melihat sekilas bayangan pondok di tengah hutan. Mereka pun segera masuk. Pondok itu masih terlihat kokoh walaupun sudah tua. Banyak perabotan yang tersusun rapih namun berdebu.

Sang Istri bingung lantas berpikir mengapa penghuninya meninggalkan barang-barang bagus seperti ini, namun sang Istri tak ambil pusing. Dia beranggapan kalau pemilik pondok itu adalah orang kaya yang tak terlalu memikirkan soal furniture miliknya. Karena lelah, sang istri mengajak suaminya segera tidur supaya besok pagi mereka bisa keluar hutan.

Saat akan terlelap, sang suami mendengar ada derap kaki yang mengelilingi rumah. Sang suami pun membuka jendela dan berteriak, ‘Siapa di sana?’. Namun keadaan sepi, tidak ada yang membalas pertanyaannya. Akhirnya sang suami kembali berbaring. Belum ada semenit, suara langkah itu terdengar lagi, kini semakin keras.

Sang suami kembali membuka jendela dan bertanya untuk kedua kalinya, ‘Apa di sana ada orang?’. Lagi-lagi hanya angin yang menjawab. Melihat hal itu, sang istri mengutarakan pikirannya ‘Mungkin dia tidak bisa berbicara’. Merasa perkataan sang istri benar, sang suami mencari ide untuk berkomunikasi dengan sesorang diluar sana.

‘Apa ada seseorang di situ?” kata sang suami yang mendapatkan ide, 
“Tepuk tanganmu sekali jika ‘ya’ dan tepuk tanganmu dua kali bila ‘tidak’.
Tak lama, terdengar suara tepukan ‘claps!’
Lalu ia bertanya lagi, 
‘Apa kamu pemilik pondok ini?’
‘Claps. Claps’,
‘dia bukan pemilik pondok ini’, bisik sang istri sembari menoleh ke arah suaminya.
Sang suami bertanya kembali, ‘Apa kamu laki-laki?’
‘Claps. Claps’
‘Apa kau perempuan?’
‘Claps. Claps’
Mereka bingung. Dengan sedikit ketakutan, sang suami mencoba bertanya lagi.
‘A, apa kau manusia?’
‘Claps. Claps’
Sang suami kaget bukan kepalang, istrinya langsung merengkut suaminya. Keringat dingin mulai menetes.
‘Apakah kau sendirian?’, tanya sang suami dengan suara bergetar.
‘Claps. Claps’
‘Ada berapa banyak teman yang bersamamu saat ini? Satu tepukan untuk setiap temanmu…’
Dan jawabannya…
‘Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps. Claps.

CHI

Monday, October 30, 2017

Senyuman Fly si Anak Aneh

Senyuman Fly

Senyuman Fly
By : nemmo

Fly adalah anak yang aneh, bahkan untuk standar anak aneh. Aku bertemu dengannya di kelas 6, saat urutan alfabet nama belakang membuat duduk kami berdekatan, dan dia menoleh untuk memandangku dengan tatapan riang, dan senyum lebar yang menampakkan gigi-giginya.
“Hai!” dia menyapa.
“Hai.” Aku membalas pelan.
Aku masih malu dan takut di hari pertamaku masuk SMP, tapi dia tidak gugup sedikitpun.
“Aku Eden, tapi tak ada yang memanggilku
dengan nama itu. mereka memanggilku Fly, jadi kau juga bisa memanggilku begitu!”
“Um, trims. Aku Stephanie.”
“Kita harus berteman!”
“Oke.”

Tapi aku dan Fly tidak benar-benar menjadi teman. Dia bicara padaku selama pelajaran, berjalan di belakangku saat di koridor, bahkan dia beberapa kali mengikutiku pulang ke rumah, tapi aku tak pernah merasa “klik” dengannya.

Sejauh yang kutahu, tak ada orang lain juga. Tapi itu tak membuatnya berhenti tersenyum. Dia selalu tersenyum, selalu riang, selalu dalam suasana hati yang baik. Meski saat dia duduk sendirian waktu makan siang, atau menjadi pilihan terakhir di kelas olah raga, selalu tersenyum, dan senyumnya selalu terlihat ikhlas.
Kami semua menganggapnya aneh. 
Dia pernah diundang ke rumahku sekali, saat ibuku melihatnya berdiri di luar jalan masuk pekarangan kami pada suatu hari sepulang sekolah, saat aku berlari menuju pintu depan.
“Kenapa kau tak mengundang temanmu masuk?”
ibuku bertanya saat aku sudah di dalam.
“Itu cuma Fly, dia aneh, dia bukan temanku.”
“Kelihatannya dia ingin jadi temanmu. Kau sudah memberinya kesempatan?”

Aku memandang keluar ke si gadis, yang sedang tersenyum dan mengayunkan kakinya di trotoar di luar rumah kami, seakan berharap jika dia menunggu cukup lama dia akan diundang masuk.
“Haruskah?” aku menggerutu.
“Ayolah, nak, mungkin dia anak yang baik!”
Aku mengerang, tapi akhirnya mengalah dan membuka pintu untuk berteriak pada Fly. 
“Ibuku bilang kau boleh masuk untuk makan malam!”
Wajah berbintik Fly terangkat dan dia tak membuang waktu lagi untuk berlari masuk. Di meja makan, orangtuaku membuat obrolan kecil dengannya dan menanyainya berulangkali apakah dia harus menghubungi orangtuanya untuk mengabari sedang di mana sekarang.

“Tidak, benar-benar tak apa-apa, mereka tak akan keberatan! Ibuku kerja malam dan ayahku sakit-sakitan, jadi mereka tak akan keberatan jika aku makan di rumah teman,” dia berujar.
Makan malamnya tidak buruk, dia tidak membuat masalah, dia tetap diam kecuali ada yang mengajaknya bicara, dan dia menawarkan diri untuk mencuci piring, tapi kemudian dia tak mau pergi. Dia bahkan duduk di sofa kami dan menonton TV bersama kami! Ibuku menyindir halus bahwa sekarang sudah larut dan dia harusnya pulang, tapi Fly tak ingin pergi, terang-terangan dan tersenyum. Dia akhirnya pergi saat ayahku bilang bahwa dia akan mengantarnya pulang agar dia tak harus berjalan kaki dalam gelap.

“Tak apa-apa! Aku suka berjalan.” Dia berkata seraya menyandang ransel gemuknya di bahu.
“Terima kasih makan malamnya, itu tadi sangat, sangat enak!”
Kami melihatnya pergi sampai dia menghilang di sudut jalan lalu aku menghela napas lega.
“Tuh, kan?” aku berkata pada ibuku. “Aneh.”
“Jangan jahat, Stephanie Anne. Kupikir dia hanya kesepian.”
Apa saja alasannya, aku benar-benar tak ingin dekat-dekat dengannya.
Akhirnya aku membuat satu grup teman baru, yang Fly tidak termasuk di dalamnya, dan meski kami tidak menyingkirkannya, kami juga tidak berusaha untuk mengajaknya. 

Fly akan terus melambai padaku seperti biasa, mencicitkan halo,tapi dia sepertinya mengerti bahwa kami
bukanlah teman.
Paling tidak begitulah menurutku.Semua bermula dengan sensasi janggal di kulitku yang serasa sedang diawasi saat aku pulang sekolah pada suatu siang. 

Saat itu awal musim dingin dan hari mulai memendek, jadi matahari sudah mulai terbenam. Aku berhenti dan berbalik, mengamati jalanan kosong di belakangku, tapi aku hanya sendirian.
Saat aku kembali berbalik, tusukan tiba-tiba bahwa aku sedang diawasi mulai kurasakan lagi. Aku mengambil beberapa langkah lagi lalu berbalik tepat waktu untuk melihat kelebatan warna pink menghilang di tepi jalan.

Aku berlari kembali ke sudut jalan tepat waktu dan melihat Fly sedang mengendap-endap di sisi sebuah rumah, jaket pinknya menyala di papan gelap.
Saat aku sampai di rumah, aku lapor pada orangtuaku bahwa Fly mengikutiku, tapi mereka memberitahuku bahwa mungkin dia hanya dalam perjalanan pulang. 
Aku mengomel lagi, tapi akhirnya menyerah. Bagaimanapun, mereka bisa saja benar.

Hari berikutnya di sekolah, Fly memberikan senyum dan lambaian tangannya seperti biasa, tapi aku pura-pura tak tahu. Aku ingin agar dia yakin bahwa kami bukanlah teman. Tampaknya dia menangkap pesannya dan berhenti melambai, tapi apakah itu membuatnya tak suka, hanya dia sendiri yang tahu.
Tetap saja, dia tak berhenti tersenyum. 
Musim dingin menghantam ganas tahun itu dan salju turun dengan tebal bagai selimut berat di kota kami. Kami terus dan terus mendapat salju selama berhari-hari dan aku menghabiskan banyak waktuku di luar, bermain kereta luncur dan membuat benteng salju dengan anak-anak sekitar.

Biasanya aku tak akan memikirkan jejak kaki di luar rumahku mengingat betapa seringnya aku berlarian di luar, tapi saat aku melompat keluar pintu pada suatu pagi di hari lain, aku melihat sesuatu yang tak biasa.
Semalam salju turun lagi dan aku sangat bersemangat untuk menjadi yang pertama menginjakkan kaki di halaman, tapi sudah ada jejak lain di pintu depan kami. Aku merengut, bertanya-tanya apa mungkin salah satu orangtua ku sudah keluar sementara aku masih di tempat tidur, tapi mereka meyakinkanku bahwa mereka selalu memberi kehormatan bagiku untuk menjadi yang pertama keluar.

Aku menjatuhkan kereta luncurku di samping pintu dan mengikuti jejak itu hingga ke depan rumah, ke samping, kemudian ke belakang, dimana jejak itu berhenti di lingkaran kecil tanpa salju di bawah jendela ruang keluarga kami.
Di lingkaran itu, beberapa ranting telah diikat longgar dengan benang hingga membentuk
boneka kasar yang telah ditinggalkan.
Aku menggigil meski jaketku hangat, dan menendang salju menutupi boneka aneh itu sebelum menginjak-injaknya, menyelimutinya dengan salju hingga keras dan kembali rata.
Aku tak punya bukti, tapi aku yakin Fly sudah mengendap-endap berkeliling rumah.
Aku tidak melaporkan jejak atau rantingnya
pada orangtuaku; aku ragu mereka akan menganggapnya serius. Mereka terus melihat Fly sebagai gadis kesepian dan tak berbahaya yang sedang mencari teman, tapi aku tahu dia sedang merencanakan sesuatu, dan aku akan menangkapnya dan membuktikan bahwa dia bukanlah gadis polos seperti yang mereka pikirkan.

Aku hanya perlu memikirkan perangkap yang bagus untuk Fly.
Ketukan di luar jendelaku membangunkanku di tengah malam. Aku melesat bangkit dan melihat ke seberang kamar, di mana gordenku ditarik tertutup menghalangi malam. Aku menahan napas, detak jantungku bertambah cepat, dan aku menungu.
Tuk Aku turun dari ranjang dan mengambil satu langkah, dua langkah menuju jendela. Ada suara, pelan dan teredam, dan aku terdiam. 

Dia bicara pada dirinya sendiri, atau mungkin padaku, aku tak yakin, dan itu membuatku bertahan sementara aku mendengarkan bisikannya.
Akhirnya aku berhasil memaksa diriku untuk maju dan menyambar gordenku lalu menariknya terbuka sehingga aku bisa melihat keluar.
Fly sedang duduk di bawah jendelaku dengan salah satu boneka rantingnya di tangan. Saat aku menutup gordenku kembali, dia mengangkat muka, pucat di bawah sinar bulan kecuali matanya yang besar gelap, dan kami saling tatap untuk waktu yang lama, saat yang menegangkan sebelum dia bangkit dan berlari pergi.

Setelah menyentakkan gordenku kembali pada tempatnya di jendela, aku melompat ke tempat tidur dan menenggelamkan diriku di balik selimut. Apa pun yang Fly lakukan, apa pun niatnya, aku benar-benar ketakutan. Aku putuskan jika aku ingin semua ini berhenti, harus aku sendiri yang menghentikannya.

Aku memberitahunya di sekolah di hari berikutnya, memastikan semua orang mendengar bagaimana dia menguntitku dan betapa anehnya dia apa yang dia lakukan. Dia sangat malu hingga dia harus meninggalkanku!
Meski rencanaku berjalan lancar, aku kembali susah tidur. Setiap suara di luar membuatku bertanya-tanya apakah dia kembali lagi duduk di bawah jendelaku.
Fly tidak di sekolah hari berikutnya, juga hari selanjutnya, dan tak ada yang tahu di mana dia.

Meski aku sangat tidak menyukainya, aku tetap penasaran kenapa dia tidak masuk sekolah. Mungkin dia terlalu takut setelah aku memergokinya, atau mungkin dia hanya menunggu, berharap aku melupakannya sehingga dia bisa kembali. Itu menggangguku, bertanya-tanya sedang di mana dia dan apa yang dia lakukan. Paling tidak jika dia di sekolah, aku bisa terus mengawasinya.

Sekarang, dia bisa saja masuk ke rumahku dan melakukan entah apa pada barang-barangku! Pemikiran itu saja sudah cukup membuatku bergetar takut dan marah.
Tampaknya aku akan membuatnya merasakan apa yang biasa dia perbuat.
Sepulang sekolah, aku mendatangi guru kami dan bilang padanya bahwa Fly memintaku membawakan tugas sekolah ke rumahnya, tapi aku lupa alamatnya. Mrs. Oldson sangat bersyukur dan dengan sukarela memberiku tugas untuk Fly beserta alamat rumahnya.

Tak yakin dengan apa yang kuharapkan, aku bergegas pulang sehabis sekolah, menyambar sepedaku, dan berangkat mencari Fly. Dia tinggal hanya beberapa kilometer dari tempatku di sebuah lingkungan kecil yang bagus dari pagar putih dan bangunan dua lantai. Lampu Natal berkelip dari atap yang penuh salju dan jendela beku. 

Aku memeriksa alamatnya lagi dan mengayuh jalanku menuju rumahnya, berusaha mencari tahu apa yang harus kukatakan saat bertemu dengannya.
Fly sedang berdiri di luar pekarangannya saat aku tiba, tangannya masuk ke saku jaketnya,
memandangi rumahnya.

Aku ngepot, berhenti di trotoar licin dan membiarkan sepedaku ambruk dengan berisik di sampingku.
“Hei!” kataku, berusaha terdengar galak.
“Hei.” Fly menjawab pelan. Dia tidak menoleh untuk melihatku.
“Kenapa kau mengikutiku?” aku mendesak,
berkata pedas dengan nada tepat dan berdiri di belakangnya. 
“Kenapa kau di luar rumahku?”
“Maaf,” kata Fly.
Aku menyambar lengannya dan membuatnya menghadap padaku dengan semua kemarahan yang sanggup dihimpun anak 11 tahun, kemudian gertakan dan kesombonganku berubah menjadi
kebingungan.

Dia tetap tersenyum, tapi dengan terpaksa, ekspresi penderitaan, dan air mata jatuh di kedua pipinya.
“Fly?” aku bertanya.
“Fly.” Dia mengulang lewat senyumnya yang menampakkan barisan gigi. Fly bisa diartikan Lalat. “Ibuku yang memberi julukan itu. Kau tahu dari mana asalnya?”
“Tidak?” aku berkata hati-hati.
“Dia mulai memanggilku Fly karena aku hanya tambahan kecil menjijikkan di tumpukan sampah kehidupannya, hanya berdengung di sekitar dan menjadi penyakit.” Dia tersedak gelak-isak. Aku melonggarkan cengkeraman tanganku di lengannya dan dia melihat ke rumahnya lagi.
“Maaf sudah membuntutimu dan semuanya,” dia berkata. “Itu hanya... keluargamu sangat baik. Kau juga baik. Aku hanya ingin selalu dekat dengan itu semua. Menyenangkan bisa berpura-pura untuk sesaat.”
“Berpura-pura?” Tanpa sengaja aku menjauh darinya. Caranya bicara membuat rambutku
meremang.
“Yeah, aku bisa berpura-pura kita adalah teman, bahwa orangtuamu menyukaiku. Aku bahkan membuat boneka ranting itu seakan kita sedang bermain bersama... bodoh sekali, ya?”
“Kenapa?”

Dia mengangkat bahu dan mengusapkan lengan jaketnya ke hidungnya. “Karena ayahmu tidak mabuk-mabukan dan jatuh tertidur di lantai dan ngompol. Ibumu tidak keluar bersama pria yang berbeda setiap malamnya agar mereka memberinya hadiah. Mereka memasak makananmu dan mengizinkan temanmu datang dan tidak memukulmu, iya kan?”
“T-Tidak,” aku tergagap. Bau asap mulai mengisi udara dan aku mengendus dengan gugup, mataku menggelincir ke rumahnya. Aliran abu-abu tipis menyulur dari bawah pintu depan.
“Orangtuaku tak menyukaiku. Aku tahu kau juga begitu, aku tahu teman-temanmu juga begitu, tak ada yang suka padaku. 

Tapi kau tetap mengizinkanku makan malam bersamamu saat itu dan itu... sangat baik.”
Asap bergulung keluar dari bawah pintu dan menekan jendela sekarang.
“Fly, rumahmu!” aku berseru. Dia mengangguk. “Aku tahu.”
“Kita harus memanggil 911! Orangtuamu!” aku mulai panik.
Aku bisa mendengar derak api, bertambah keras dan lapar dari dalam rumahnya.
Fly hanya berdiri di sana, matanya berkilau dan basah, menonton apinya membesar.
“Orangtuaku di dalam,” dia berkata. Dan sepanjang waktu, dengan ekspresi terluka dan remuk, dia tak berhenti tersenyum. END

Hantu Jahil di Rumah Baruku

Hantu Jahil di Rumah Baruku

Kisah Nyata : Hantu Jahil di Rumah Baruku
By : Yanto Peratama

Cerita bermula waktu tahun 2009 Ibu saya membeli sebuah rumah baru di bilangan Cikarang.
Karna pada waktu itu rumah lama yang saya tempati akan kena penggusuran untuk dibangun sebuah apartemen di bilangan Bekasi. 

Singkat cerita, kami sekeluarga datang untuk melihat rumah baru kami yang telah rampung 100%.
Semua anggota keluarga kami mulai dari Ayah, Ibu, serta kakak perempuan saya pada di dalam untuk membersihkan rumah tersebut. Tetapi saya di suruh ayah saya untuk membersihkan bagian halaman luar. Di saat saya sedang asyik beres-beres HP saya berdering ada pesan masuk dari pacar saya.

Setelah saya membaca pesan, saya berinisiatif untuk memotret rumah baru saya untuk memberikan foto tersebut ke saudara saya yang ada di kampung. Setelah saya lihat hasilnya ada yang aneh pada bagian jendela kamar Ibu & Bapak saya tersebut.
Karna jendela tersebut menghadap bagian pagar rumah saya. Setelah saya zoom ternyata ada penampakan sosok anak kecil rambutnya panjang di kuncir, seperti gaya anak pada era tahun 90an ke bawah. 
Sosok tersebut badannya ke samping tetapi tatapan matanya seperti melihat ke arah saya.
Tapi saya harus menenangkan diri untuk tidak panik, apalagi kakak sama ibu saya orangnya penakut, beda dengan saya & ayah saya yang berani menghadapi hal seperti itu. 

Seiring berjalannya waktu kami menempati rumah tersebut dengan mempunyai teman-teman tetangga baru yang ramah-ramah.
Pernah di suatu malam di saat semua anggota keluarga saya menginap di rumah tante saya, saya sendiri di rumah. Berbagai gangguan mulai dari ada suara gaduh di lantai 2. Suara yang memanggil-manggil saya di halaman depan, TV yang suka mati atau nyala sendiri & bervolume keras, serta ada sekelebatan bayangan-bayangan putih melesat dengan cepat di kamar saya, ruang keluarga, serta dapur.
Karna saya suka ditinggal seorang diri di rumah & anggota keluarga saya sangat sering keluar rumah sampai tidak pulang dengan urusan bisnisnya. 

Sempat waktu itu saya mengajak teman kuliah saya untuk menginap di rumah saya. Dia namanya Agus. Dia juga seperti saya yang enggak peduli hal seperti itu.
Jadi ceritanya saya sama Agus pulang kuliah sampai rumah saya jam 11 malam. Lalu si Agus datang langsung setel TV sambil makan mie goreng & saya langsung masuk ke kamar saya untuk istirahat. Di saat Agus sedang asyik nonton TV tiba-tiba seperti ada suara orang yang berkata “Assalamuallaikum”.

Lalu Agus jawab “Walaikumsallam” sambil membuka pintu. Dan ternyata pada saat dibukakan pintu dia kaget gak ada orang sama sekali di luar. Lalu dia membangunkan saya dan menceritakan apa yang dia alami barusan. Saya katakan saja “Mau kenalan kali, Gus ama lu”.
Lalu Agus jawab “Iya kali ya, mau kenalan ama gue. Kalo cewenya cakep gue mau deh”.
Akhirnya saya memutuskan untuk tidur, sedangkan Agus tidur di kamar ibu saya. Saya percaya ama Agus karna dia anaknya enggak panjang tangan makanya saya memutuskan agar dia tidur di kamar ibu saya.

Sekitar jam 3 pagi saya & Agus mendengar ada suara perempuan menangis di ruang TV. Kamar saya sama Agus itu bersebelahan yang dekat dengan ruang tv. Tangisannya lumayan kenceng serta sayup-sayup yang sangat sedih sekali.
Saya pikir mana ada perempuan nangis jam segini. Lama kelamaan nangisnya pindah ke halaman depan tapi kami menghiraukan begitu saja. Pada keesokan paginya kami bercerita sambil sarapan pagi dengan nasi uduk yang beli di ujung gang sana. Lalu saya bertanya ” Gus semalam lu denger suara cewe nangis ngga?”

Agus menjawab “Iya gue denger, gw langsung baca-bacaan aja. Tadinya gue mau pindah ke kamar lu, takutnya nanti dia ada di depan pintu gimana. Udah gitu gw masa bodoin aja hal yang kaya gitu, mending gue tidur lagi aja. Pas gw udah agak pules tidurnya, gue digangguin ama cewe kaya narik-narik gue gitu. Trus gue bangun langsung gue minum aja air yang gue bawa dari kulkas sebelum tidur. Dari situ gue udah ngga bisa tidur lagi to. Gue tungguin aja sampe adzan subuh, baru deh gue keluar kamar mau nanyain ama lu arah kiblat itu di mana.”
Sambil merinding saya denger kisah si Agus.

Kalo pengalaman ayah saya ceritanya kan ayah baru pulang kerja. Terus saya inisiatif untuk menyuruh ibu saya ngumpet di lantai 2 agar seolah-olah ibu saya pergi ama temen SMA-nya reunian dari pagi biar ayah saya marah-marah. Belum juga marah-marah ibu saya langsung turun perlahan-lahan dari tangga karna sudah masuk adzan magrib untuk menunaikan solat magrib. 

Pas ibu saya turun dari tangga & ayah saya melihat seperti bukan wajah ibu saya tetapi berparas muka yang pucat sambil menunduk, rambut panjang urakan. Apalagi ibu saya itu rambutnya pendek sebahu. Lalu ayah saya mengatakan “Itu muka mu kenapa kok seperti itu kaya kuntilanak.”
Lalu ayah saya mendengar seperti ibu saya ketawa cekikikan, padahal saya & ibu saya tidak mendengar ketawa tersebut. Saking takutnya, ibu saya turun dari tangga berlari ke bawah karna ibu saya merasakan ada yang aneh dengan tatapan ayah saya. Setelah ibu saya sudah sampai lantai dasar ayah menceritakan semuanya dan langsung bergegas ke lantai atas untuk menantang makhluk halus tersebut. Tetapi tidak ada sesuatu hal yang terjadi.

Tipikal ayah saya itu orangnya enggak percaya ama kaya gituan. Malah sempat terucap “Kalo setannya ketangkep mau ayah kawinin aja untuk jadi istri ke-2”. Hehheheheee…
Dan keesokan harinya ibu saya mengontak teman lama nya sewaktu masih bekerja dulu. Dan datang lah beliau yang biasa saya panggil Om Holl. Om Holl itu seorang pria, teman ayah saya juga. 
Dia itu mengerti hal-hal yang mistis. Setelah diceritakan semuanya panjang lebar oleh ibu saya akhirnya Om Hall itu memutuskan untuk naik ke lantai 2 seorang diri.

Agak lumayan lama sekitar 20 menit lebih dia di sana. Setelah turun dari lantai 2 ternyata dia berinteraksi dengan makhluk gaib itu. Katanya “Penunggu di sini itu sekeluarga ada 5. Ada yang gigi nya caling panjang ke bawah itu yang paling iseng, ada kuntilanak, ada anak kecil, ada kakek-kakek dan 1 lagi semacam kaya siluman.”
Trus om Hall mengatakan lagi “Udah ngga usah takut, dia hanya berkenalan saja dengan kalian sebagai orang baru di sini. Makanya rumah sering dingajiin ama disolatin. Kita ngga boleh takut ama dia tapi kita harus takut sama Allah. Karna derajat manusia lebih tinggi dari pada setan. Om juga udah memberikan ultimatum sama hantu tersebut agar jangan suka mengganggu keluarga ini. Kalo masih ganggu juga akan om usir dengan cara mistis”.

Setelah dengar ucapan Om Hall tersebut ternyata saya jadi tau kalo kita ini hidup berdampingan antara alam nyata dan alam gaib. Yang penting kita jangan saling ganggu, masing-masing alamnya aja.

Tambahan: Ditambah lagi, selama saya menulis artikel ini ada saja interaksi dari dunia gaib. Barusan belum lama pada saat menulis cerita di pertengahan saya mendengar suara kucing di lantai 2, padahal saya tidak memelihara kucing serta di dapur ada seperti benda jatuh. Setelah saya hampiri tidak ada suatu benda yang jatuh.
Itulah pengalaman pribadi saya, kisah yang saya buat ini adalah real fakta, Yanto Peratama.

CHI

Bermain Jelangkung Berujung Petaka

Bermain Jelangkung Berujung Petaka

Kisah Nyata : Bermain Jelangkung Berujung Petaka
By : Dhyzen Andeska

Ini adalah cerita kisah nyata kakak ku yang dapat dari teman nya yang datang lewat mimpi, sekaligus memberi pesan ke pada kita supaya jangan mengulangi kesalahan yang sama seperti dia.

Inilah Kisah kakak ku,
Beberapa tahun lalu ketika kakak ku masih duduk di kelas 2 STM, dia punya sahabat 3 orang, sebut saja si A, si B, si C ...

Mereka itu itu sohib banget, jadi cerita bermula ketika si B ngajak teman nya yang si A sama si C buat main jelangkung, dia juga ngajak kakak ku juga, tapi kakak ku nolak dengan sepenuh hati serta iklas lahir batin, jadi yang ikut main jelangkung itu cuma si A , si B , si C.

Malam nya sekitar jam 2 malam, mereka main di rumah sakit tepat nya di kamar mayat dan pas pula siang nya ada orang yang tewas kecelakaan, jadi mereka main di samping mayat yang mati siang tadi.

Sementara yang bikin boneka jelangkungnya itu si B, jadi mereka bertiga memegang boneka jelangkungnya sambil nyanyi in lagu jelangkung seperti ini.
"Jailangkung… Jailangkung… Disini ada pesta, pestanya kecil-kecilan… Datang tak dijemput, pulang tak diantar…"

Dan mereka nyanyiin itu lagu 3 kali, ketika lagu selesai, boneka nya gerak sendiri sontak mereka pun kaget, dan ketika itu pula terdengar suara "kalian kenapa memanggil saya" .. "gua mau minta tolong" jawab si B ... "kamu mau apa?" ... "gua mau minta nomor togel 4 angka" .. jawab si A .. "oke , tapi ada syarat" .. "apa" .. kata si C singkat ... "gua mau tumbal" .. "oke" jawab si C.

Di tulis lah nomor togel yang di minta, dan besok sore nya  di pasang lah tuh nomor yang mereka dapat semalam sama si B, dan ternyata mereka menang, mereka dapat duit sekitar Rp. 50.000.000,- kalau tidak salah segitu duitnya.

Mereka pakai foya-foya sampai akhirnya janji pun di tagih tapi mereka gak pernah kasih tumbal dan akhirnya nyawa mereka bertiga yang jadi tumbal nya.
Dalam waktu sekitar seminggu masing-masing dari mereka meninggal dengan cara yang gak wajar.

Jadi si B datang ke kakak ku lewat mimpi, dia bilang gini "bro ,gimana kabar lu, sehat gak ? gua di sini sakit banget, gak tahan kena siksa, untung lu gak ikut main jelangkung sama kita, kalau lu ikut nasib kita udah sama sekarang, bilang ke keluarga lu jangan lakukam kesalahan yang sama kayak gua. Udah dulu bro .. salam".

CHI

Sunday, October 29, 2017

Urban Legend Dream School Jepang

Urban Legend Dream School Jepang

Dream School adalah cerita menakutkan dari Jepang tentang seorang anak laki-laki yang terjebak dalam mimpinya sendiri, happy reading.

Peringatan!!!: Ini adalah cerita terkutuk dan kamu mungkin tidak ingin membacanya. Orang-orang mengatakan bahwa jika kamu tidak melupakan cerita ini dalam waktu satu minggu, kamu akan memiliki mimpi yang sama dengan anak laki-laki malang di cerita ini. Kamu juga bisa terjebak dalam mimpi itu dan syok saat mengetahui kalau dirimu tidak bisa terbangun dari tidurmu. Jadi, tolong pikirkan dengan saksama sebelum membaca cerita ini.

Read this if you dare!
Jadi bagi yang takut..jangan dibaca ya!

Ada seorang anak laki-laki Jepang bernama K yang memiliki mimpi yang sangat aneh. Dalam mimpi itu, dia mendapati dirinya berkeliaran di sebuah sekolah. Itu bukan sekolahnya. Melainkan sekolah yang tidak dikenalnya.

Saat itu malam dan sekolah dalam keadaan gelap. Suara langkah kaki bergema di koridor-koridor kosong di sekolah. Itu sangat menakutkan, K mencoba membuka pintu dan jendela, tapi semuanya terkunci. Dia mencoba memukul-mukul kaca jendela sekeras yang dia bisa, tapi kaca jendela tidak retak sedikitpun.

Sekolah itu besar dan luas. Kelihatannya seperti labirin. Sepertinya tidak masuk akal. Berjalan menyusuri satu koridor akan membawanya kembali ke tempat dia sebelumnya. Itu sangat aneh, seolah aturan normal waktu dan ruang tidak berlaku.

K mulai merasa takut. Dia mulai berlari menyusuri Koridor. Koridor membentang terus dan terus tanpa akhir dan tidak ada jalan keluar. Setelah melewati beberapa ruang kelas yang sama beberapa kali, K melihat ada sesuatu yang aneh. Koridor di sekolahan ini tak berujung. Tidak peduli berapa lama dia berlari menyusuri koridor, dia akan selalu menemukan dirinya kembali ketempat awal.

K memutuskan untuk mencoba rute yang berbeda. Dia berlari menyusuri koridor sebelah kanan, lalu mengambil arah ke kiri lalu ke arah kiri lagi. Dia memasuki ruangan Home Economics dan saat dia keluar dari pintu di seberang, dia menemukan dirinya berada di Koridor lain. Dia memasuki ruang seni dan keluar dari pintu di sisi lain. Entah bagaimana, membawanya ke lantai tiga, di samping toilet murid perempuan.

Dia melewati ruang musik dan berlari menyusuri koridor melewati serangkaian ruang kelas yang lain. Dia sampai di tangga lalu menuruninya. Dia terus berkeliling dan berkeliling. Malam sepertinya berlanjut selamanya dan dia merasa seperti hari yang cerah tidak akan pernah datang lagi.

Kin ... Kon ... Kin ... Kon ...

K mendengar suara detak jam yang berdengung. Saat dia mendongak, dia melihat sebuah jam. Jarum jamnya berayun maju mundur seperti bandul.

Clomp ... Clomp ... Clomp ... Clomp ...

K mendengar gema langkah berat yang mengejarnya.

Dia terlalu takut untuk melihat ke belakang dan sangat ingin melarikan diri. Dia menaiki tangga yang seharusnya membawanya ke lantai empat, tapi dia malah mendapati dirinya berada di lantai satu, di luar ruang audio visual.

Clomp, Clomp, Clomp, 
Clomp, Clomp, Clomp ...

Langkah kaki tersebut mulai semakin cepat dan cepat.

K berlari menyusuri koridor dan berbelok ke kiri, lalu kiri lagi, terus belok kanan, dan belok kiri lagi. Dia berada di depan satu ruang kelas lainnya. Di ujung koridor, ada jalan keluar darurat, tapi kotak kaca yang berisi kunci untuk membuka pintu darurat itu hancur dan kuncinya hilang. Ada sebuah catatan di dalam kotak yang mengatakan bahwa kunci itu ada di kelas 108.

CLOMP, CLOMP, CLOMP, 
CLOMP, CLOMP, CLOMP ...

Langkah kaki yang mengejarnya itu semakin mendekat.

K berlari menuruni tangga. Dia berbelok ke kiri, berlari menyusuri koridor, lalu berbelok ke kanan dan ke kanan lagi. Dia mendapati dirinya berada di luar ruang kelas. Di pintu sebuah kelas, ada tanda yang tertulis, "108". K mencoba membuka pintu itu dan pintu itu terbuka. Dia melangkah masuk lalu menutup pintu itu.

Ruang kelas berada dalam kegelapan dan dia hampir tidak bisa melihat apa-apa. Dia menekan sakelar lampu, tapi tidak berhasil. Ruang kelas penuh dengan meja dan ada tas yang tergantung di sandaran masing-masing kursi. K mulai mencari kunci itu dengan putus asa. Dia melihat ke dalam setiap tas, mencari di setiap laci.

Sementara itu, dia bisa mendengar langkah kaki yang menyusuri koridor.

CLOMP, CLOMP, CLOMP,
CLOMP, CLOMP, CLOMP ...

Tak lama kemudian, dia mendengar ada sesuatu yang membentur keras ke pintu kelas.

BOOM! BOOM! BOOM!
BOOM! BOOM! BOOM! (Suara ledakan)

K masih belum bisa menemukan kunci yang dia cari. Dia menarik laci-laci dari meja dan menjatuhkannya ke lantai. Dia membuka tas dan mulai membuang isinya ke lantai.

BOOM! BOOM! BOOM! 
BOOM! BOOM! BOOM!

Suara ledakan itu semakin kencang dan keras. Pintu kelas sepertinya akan terlepas dari engselnya. Dia mencari dengan putus asa, tapi dia masih belum bisa menemukan kuncinya.

Saat itulah, suara di pintu tiba-tiba berhenti. Ada kesunyian yang menakutkan. K berdiri di sana dengan gemetar, menunggu dengan napas tertahan. Dia berdiri di sana di kelas yang gelap, takut untuk menggerakkan tubuhnya.

Setelah beberapa saat, dia masih belum bisa mendengar apapun, jadi dia pun pergi ke pintu kelas. Dia mengulurkan tangan, memutar gagangnya, membukanya dengan lembut dan mengintip ke koridor.

Apa yang dia lihat membuatnya ngeri, syok, dan jeritannya tertahan di tenggorokannya.

Ada banyak anak laki-laki dan perempuan. Mereka hancur berkeping-keping. Kepala, lengan dan kaki mereka dipenggal dari tubuh mereka. Lantainya dipenuhi darah dan anggota tubuh mereka mengeliat-geliat seperti menari ... terhentak bolak-balik anggota badan mereka.

K ketarik ke dalam mimpi itu. Tubuhnya tetap tertidur. Dia tidak pernah bisa terbangun. Bahkan sampai hari ini, ia masih mengembara di sekolah dalam pikirannya.

Sekarang setelah kamu membaca cerita ini, cobalah untuk melupakannya. Jika kamu tidak melupakan cerita ini dalam waktu seminggu, kamu akan memiliki mimpi yang sama di mana kamu akan menemukan dirimu berkeliaran di sekitar sekolah. Kamu harus menemukan kunci itu dan lolos ke pintu darurat sebelum kamu menemukan potongan tubuh anak laki-laki dan perempuan yang menggeliat, atau kamu akan tertarik ke dalam mimpi itu selamanya.

Cerbung Horror Indonesia

Cerita Asli Jeff The Killer

Cerita Asli Jeff The Killer

Kutipan dari sebuah Koran lokal :
PEMBUNUH MUKA RIANG MASIH BERKELIARAN

Setelah beberapa minggu terjadi beberapa kasus pembunuhan yang belum terungkap, pembunuh ini masih berkeliaran dan melkukan aksinya. Setelah beberapa bukti ditemukan, seorang anak laki laki yang selamat dari serangan pembunuh ini mengisahkan apa yang menimpanya.

“aku mengalami mimpi buruk dan tebangun di tengah malam” kata si anak, “aku melihat jendela terbuka, padahal sebelumnya aku yakin jendela terkunci sebelum tidur. Aku bangun dan kemudian menutupnya kembali dan kemudian aku kembali tidur. Namun kemudian aku merasakan perasaan aneh, seperti ada yang orang yang sedang mengincarku. Apa yang kulihat kemudian membuatku nyari melompat dari tempat tidur. Dalam remang remang aku melihat sepasang mata, mata ini aneh, tidak seperti biasanya,gelap dan tampak riang. Mata tersebut dibatasi warna hitam… dan sungguh membuatku ngeri mengingatnya. Saat itulah kemudian kulihat bagian mulutnya, sebuah bibir yang Nampak selalu tersenyum, senyum yang lebar, bahkan terlalu panjang dan lebar. Kemudian dia mengatakan sesuatu, namun apa yang dia katakan adalah sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang gila, dengan nada yang bisa dilakukan hanya oleh orang gila saja”

“dia berkata, ‘tidurlah’, akupun berteriak. Dia mengambil sebuah pisau berusaha menusuk jantungku. Dia melompat ke ranjang, aku melawannya, berusaha menyingkirkan dia dariku. Saat itulah kemudian ayah masuk ke kamarku. Pria yang menyerangku melemparkan pisaunya dan mengenai bahu ayah. Mungkin dia akan menghabisi ayah juga jika salah satu tetangga tidak menghubungi polisi.
“mereka menuju parkiran, dan berlari menuju pintu. Pria itu berlari menuju ;lorong. Aku mendengar suara kaca pecah. Ketika aku keluar dari kamar, aku melihat jendela yang mengarah ke bagian belakang rumah telah rusak. Aku melihatnya menghilang menjauh. Aku dapat mengatakan padamu satu hal, aku tidak akan bisa melupakan wajah itu. wajah dingin itu, mata jahatnya, dan senyuman gila dan sinting itu. semuanya itu tidak akan pernah bisa pergi dari pikiranku”
.
Polisi masih mencari pria ini. jika ada yang melihat orang dengan deskripsi seperti diatas, hubungilah segera kantor polisi terdekat.

Jeff dan keluarganya baru saja pindah ke sebuah lingkungan baru. Ayahnya mendapat promosi, dan mereka berpikir akan lebih baik jika mereka pindah ke lingkungan “mahal” tu. Jeff dan saudaranya Liu tidak bisa protes. Siapa yang tidak menyukai rumah baru dan lebih bagus? Ketika mereka sedang mengapak barang, salah satu tetangga mereka mendekat.
“hello” sapanya, “aku barbara; aku tinggal diseberang jalan dari tempat kalian. Well, aku hanya ingin memperkenalkan diriku dan mengenalkan kalian kepada anakku.” Dia berbalik dan memanggil anaknya. “billy kemarilah, mereka adalah tetangga baru kita” billy mengatakan “Hi” dan kembali bermain di halamannya.

“well” kata ibu jeff, “namaku Margaret, dan ini suamiku peter, dan dua putra kami; jeff dan liu” mereka saling berkenalan, kemudian Barbara mengundang mereka menghadiri pesta ulang tahun anaknya. Jeff dan saudaranya sebenarnya akan menolak, namun kemudian ibunya mengatakan bahwa dengan senang hati mereka akan datang. Ketika jeff dan keluarganya selesai beres beres, jeff mendatangi ibunya.
“ibu kenapa kau mengundang kami agar datang ke sebuah pesta anak anak? Aku bukan seorang anak yang bodoh asal kau tahu”

“jeff” kata ibunya, “kita baru saja pindah, kita harus menunjukan sikap yang baik, niat baik untuk membaur, kita akan ke pesta itu, jangan membantah lagi” jeff hendak berkata lagi, namun mengurungkannya, dia tahu bahwa dia tidak akan mampu melakukan apa apa. Ketika ibunya telah memutuskan sesuatu, maka halt u tidak akan bisa dirubah lagi. Dia pergi ke kamarnya dan menuju ranjangnya. Dia duduk disana dan melihat atap kamar, tiba tiba dia merasakan perasaan aneh. Bukan rasa sakit, tapi…. Perasaan yang aneh. Dia anggap itu hanya sebuah perasaan tidak penting saja. Dia mendengar ibunya memanggil untuk mengangkut barang barangnya, diapun turun.

Keesokan harinya, jeff sedang berjalan mencari sarapan bersiap ntuk kesekolah. Ketika dia duduk sarapan, sekali lagi dia merasakan perasaan aneh itu. namun kali ini lebih kuat. Sedikit terasa sakit, namun kemudian dia mengabaikannya. Ketika dia dan liu selesai sarapan kemudian mereka menuju pemberhentian bus. Tiba tiba beberapa anak menggunakan skateboard melompat kea rah mereka, hanya beberapa senti dari tempat mereka berada. Jeff dan liu kaget “hey!! What the hell?”
Anak tersebut turn dari skateboard dan menoleh. Dia tampaknya sekitar setahun lebih muda dari jeff, mengenakan baju aeropstale dan blue jeans.

“well, well, well. Nampaknya kita dapat mainan baru” tiba tiba, dua anak lainnya muncul. Salah satunya sangat hitam sedangkan yang lainnya berbadan sangat besar. “ well, karena kalian baru disini, aku hendak mengenalkan diri, itu adalah keith” jeff dan liu melihat ke arah anak yang hitam. Dia berwajah sangat menyebalkan, yang membuat siapa saja yang melihatnya ingin menghajar. “dan dia adalah troy”. Mereka menoleh ke anak gemuk satunya.

Dan aku randy, sekarang aku perlu mengatakan bahwa bagi semua anak disini ada sedikit ongkos tambahan, kuharap kalian mengerti” lio berdiri hendak menghajar bangsat kecil ini, namun salah satu temannya kemudian mengeluarkan pisau. “tck tck tck…. Kuharap kalian akan lebih pengertian… namun sepertinya kalian lebih suka pake kekerasan eh?” anak itu berjalan mendekati liu, mengambil dompetnya. Jeff kemudian merasakannya lagi, kali ini sanat kuat, terasa membakar!. Dia berdiri, namun liu mengisyaratkannya agar tetap duduk. Jeff mengabaikannya dan menuju ke para bangsat kecil itu.
“dengar keparat kecil… kembalikan dompet saudaraku” randy memasukan dompet liu ke kantongnya dan mengeluarkan pisaunya sendiri.

“oh? Trus kamu mau ngapain?” begitu dia selesai bicara, jeff menghajar hidungnya. Begitu randy hendak membalas, jeff meraih pergelangan tangannya dan mematahkannya. Randy berteriak dan jeff mengambil pisau dari tangannya. Troy dan keith menyerang jeff, namun jeff terlalu cepat untuk mereka. Dia melemparkan randy, troy melayangkan pukulannya, jeff menunduk dan menikam tangannya. Keith menjatuhkan pisaunya dan berteriak. Troy kemudian maju, namun jeff bahakan tidak membutuhkan pisau untuk menghadapi keparat bangsat satu ini. dia hanya meninjunya di perut dan seketika dia roboh. Liu tidak bisa berkata apa apa, dia hanya melihat jeff dengan takjub.

“jeff bagamana kau?” hanya itu yang bisa dia aktakan. Mereka melihat busa datang dan tahu bahwa mereka akan dituduh sebagai pembuat gara gara, semua yang terjadi mereka harus menanggungnya sehingga mereka berlari menjauhi tempat itu. ketika mereka berlari mereka melihat sopir bus menghampiri randy dan teman temannya. Jeff dan liu tiba disekolah, mereka tidak berani mengatakan apa yang telah terjadi, mereka hanya duduk dan mendengarkan. Liu hanya berpikir bahwa jeff telah berhasil menghajar berandalan itu, namun jeff lain, dia menyadari sesuatu, sesuatu yang lebih dari yang liu tahu. Jeff tahu bahwa apa yang ia rasakan kini merupakan sesuatu yang menakutkan, ketika dia merasakan sensasi itu, dia merasakan betapa dahsyatnya hal tersebut, sebuah dorongan untuk melukai orang lain. Memang terdengar jahat, namun jeff tidak bisa menyangkal bahwa dia merasakan nikmat, senang. Dia merasakan bahwa perasaan tersebut mulai memudar selama di sekolah. Ketika sampai dirumah orang tuanya menanyakan bagaimana harinya, dan dia menjawab dengan nada riang “hari ini adalah hari yang indah”. Keesokan paginya, dia mendengar pintu ruahnya di ketuk. Dia turun dan mendapati dua petugas polisi, dan ibunya menatapnya dengan marah.

“jeff, pak polisi mengatakan bahwa kau menyerang tiga orang anak. Dan hal tersebut bukan perkelahian biasa, mereka ditusuk!! Mereka ditusuk nak!!” jeff menunduk, seolah olah membenarkan ucapan ibunya.
“mereka dulauan yang mendongkan pisau kepada aku dan liu bu”
“nak” kata polisi, “kami melihat tiga anak, dua ditusuk, satu memar di perut, dan kami punya saksi kalian kabur dari tkp. Hal itu menurutmu memberikan kesimpulan apa bagi kami?”
Jeff tahu bahwa semua itu tidak berguna, tidak ada bukti yang menunjukan siapa yang menyerang duluan. Mungkin jeff bisa mengatakan bahwa mereka sebenarnya tidak kabur, namun bukti dan saksi mengatakan bahwa mereka memang kabur.jeff tidak berdaya untuk membela dirinya dan liu.

“panggil saudaramu” jeff tidak bisa melakukannya, karena dialah yang menghajar mereka.
“pak polisi… semua itu aku yang melakukan. Liu berusaha mencegahku, namun dia tidak bisa menghentikanku” polisi saling pandang dan kemudian mengangguk
“baiklah nak. Sepertinya…”
“tunggu!” liu berujar. Mereka melihat bahwa liu memegang sebuah pisau. Polisi ini kemudian mengambil senjata mereka dan menodongkan ke liu.
“aku yang melakukannya, akulah yang telah menghajar berandalan itu, aku punya buktinya” dia menyingsingkan lengan bajunya dan menunjukan lebam dan luka, seperti layaknya bahwa dia telah berkelahi sebelumnya.
“nak, letakkan pisaunya” kata petugas. Liu menurutinya, dia mengangkat tangannya dan berjalan menuju para polisi.

“tidak liu, itu adalah ulahku, semuanya!” jeff mulai menangis
“hmmm.. saudaraku yang malang… berusaha untuk melindungiku dari kesalahan yang sudah kuperbuat. Baiklah… bawa aku” polisi kemudian membawa liu menuju mobil patroli
“liu katakana pada mereka bahwa akulah yang melakukannya! Katakan” ibunya memegang pundaknya.
“jeff, berhentilah berbohong, kita tahu semuanya adalah ulah liu, kau tidak bisa menghentikannya” jeff terlihat pasrah ketika mobil polisi akhirnya pergi membawa liu. Beberapa menit kemudian ayah jeff pulang dan melihat wajah jeff, dia tahu bahwa ada sesuatau yang tidak beres
“ada apa nak?” jef tidak bisa menjawabnya. Kemudian ibunya mengabarkan berita buruk itu kepada suaminya, dan jeff pergi, menuju jalanan. 

Setelah sekitar satu jam jeff pulang, melihat kedua orang tuanya terlihat shock, sedih dan kecewa. Dia tidak mampu melihat keadaan mereka, karena semua adalah kesalahannya. Dia hanya ingin tidur, berusaha melupakan semuanya. Dua hari berlalu, tidak ada kabar dari liu di JDC. Tidak ada teman. Tidak ada hal lain selain rasa bersalah dan sedih. Sampai pada suatu hari, hari sabtu, ketika jeff dibangunkan oleh ibunya dengan wajah gembira.
“jeff.. sekaranglah saatnya” dia berkata sambil menyibakan tirai jendela kamar.
“ada apa dengan hari ini?” Tanya jeff
“sekarang adalah hari ultah billy” jeff benar benar terbangun saat ini
“ibu, kamu tidak serius kan? Ibu tidak berharap aku akan pergi ke pesta anak kecil setelah….” Ada jeda yang lama

“jeff kita berdua tahu apa yang telah terjadi. Ibu rasa pesta ini dapat membuatmu riang kembali. Sekarang ganti bajumu” ibu jeff berjalan keluar dari kamar menuju kelantai bawah untuk bersiap siap. Jeff berusaha bangun. Dia memakai sebuah kaos dan jeans kemudian turun. Dia melihat ibu dan ayahnya telah berdandan. Dia berpikir kenapa mereka harus memakai baju mahal hanya untuk datang ke sebuah pesta anak anak?
“nak… kamu akan memakai itu?” Tanya ibunya
“lebih baik daripada harus ribet” jawabnya. Ibunya ingin sekali memarahinya, namun dia menahannya.
“jeff, mungkin kami terlalu berlebihan, tapi inilah caranya agar orang orang menghormati kita” kata ayahnya. Jeff menggerutu dan kembali ke kamarnya
“aku tidak punya baju bagus!” jeff berteriak ke orang tuanya
“pakailah sesuatu yang lain” ujar bunya. Dia mencari cari di lemarinya, mencari sesuatu yang Nampak bagus dan mahal. Akhirnya dia menemukan pakaian yang ia anggap cocok.
.
Namun orang tuanya masih Nampak belum puas dengan pilihannya “kau akan memakai itu? ibunya melirik jamnya. “tidak ada waktu lagi untuk ganti baju, ayo berangkat” merakpun berangkat. Mereka menyeberang jalan menuju rumah Barbara dan billy. Mereka mengetuk pintu dan munculah Barbara, sama seperti orang tuanya, dia tampil berlebihan. Jeff menyadari bahwa tidak ada anak anak, hanya orang orang dewasa.

“anak anak ada di halaman belakang jeff… pergilah dan berkumpullah dengan mereka” kata Barbara.
“jeff berjalan keluar menuju halaman yang penuh dengan anak anak. Mereka berlarian memakai baju baju koboy, dan saling tembak menggunakan pistol mainan. Tiba tiba ada seorang anak menghampirinya dan memberinya pistol mainan dan topi.
“hey… mau main baleng?” katanya
“oh tidak nak, aku terlalu tua untuk itu” anak it uterus melihat jeff dengan wajah aneh.
“cekali caja.. pwease..” pinta si anak. “baiklah” kata jeff. Dia memakai topi dan mulai berlagak seperti menembaki si anak. Awalnya dia merasa konyol, namun kelamaan dia menikmatinya juga. Mungkin hal tersebut adalah pertama kalinya yang dapat mengalihkan perhatiannya dari liu. Namun tidak lama berselang dia mendengar sesuatu yang dia kenal sebelumnya. Dan suara itu kemudian menabraknya. Randy, troy dan keith melompat turun dari skateboard mereka. Jeff menjatuhkan pistol mainannya dan membuang topinya. Randy menatapnya penuh dengan rasa benci.
“hallo jeff” kata randy. “kita punya sesuatu yang belum selesai” jeff melihat hidung randy yang memar. “aku rasa semuanya setimpal, aku menghajar kalian, namun kalian membuat saudaraku dikirim ke JDC”

Randy menunjukan raut muka marah di matanya. “aku tidak mencari seseatu yang seimbang, aku ingin menang. Kemarin kau menghajar kami, tapi tidak saat ini”. Randy menyerang jeff, mereka bergulingan di tanah. Randy memukul hidung jeff, dan jeff menarik kupingnya dan membanting kepala randy. Jeff mendorong randy. Anak anak mulai berteriak dan orang tua mereka mulai berdatangan. Troy dan keith mengambil senjata dari kantong mereka.

“jangan ada yang ikut campur!” ancam mereka. Randy mengambil pisaunya dan menusuk bahu jeff.
Jeff berteriak dan terjatuh. Randy kemudian menendanginya, namun kemudian jeff menarik kaki randy. Jeff berdiri dan berusaha pergi melalui pintu belakang, namun troy menangkapnya.
“butuh bantuan?” dia kemudian melemparkan jeff ke pintu. Ketika jeff mencoba berdiri, randy datang dan menendanginya hingga jeff muntah darah.
“ayo jeff!!! Lawan aku!!” dia mengangkat jeff dan melemparnya ke dapur. Randy mengambilsebuah botol dan menghantamkannya ke kepala jeff.

“lawan aku!” randy kemudian melemparnya ke ruang tamu.
“ayo jeff, semangat sedikit!!!” jeff memalingkan mukanya, wajahnya penuh dengan darah. “aku adalah orang yang menyebabkan saudaramu digiring ke JDC! Kau seharusnya malu jeff!! Aku melakukan itu semua sedangkan kau disini hanya bengog seperti banci!!” ejek randy. Jeff mulai bangkit
“akhirnya!!! Kau bisa berdiri dan melawan hah??” jeff berdiri sekarang, darah dan minuman bercampur membasahi wajahnya. Sekali lagi dia merasakan sensasi aneh dalam dirinya, perasaan yang sempat menghilang beberapa waktu lalu.

“akirnya dia bangun!” randy kembali mengejek jeff, kemudian dia mulai merangsek kembali. Saat itulah semuanya terjadi. Sesuatu dalam diri jeff meledak keluar. Kesadaran dan psikologisnya hancur dan terkoyak, semua pikiran warasnya hilang, apa yang dia rasakan adalah nafsu yang begitu kuat untuk membunuh. Dia mencekik leher randy dan membantingnya. Dia duduk diatas tubuh randy dan memukulinya dengan membabi buta. Pukulan pertama mendarat tepat di jantung randy, sehingga mengakibatkan shock jantung, jantung randy berhenti berdegup. Namun jeff yang kesetanan tetap menghajarnya, melampiaskan kemarahan dan nafsu membunuhnya. Darah mulai muncrat dari tubuh randy, sampai akhirnya randy tewas.

Semua orang melihat ke arah jeff, semuanya termasuk troy dan keith. Kemudian mereka tersadar dari rasa terkejut mereka dan mulai menodongkan pistol mereka ke arah jeff. Jeff berlari menaiki tangga, dan mereka mulai menembakinya secara bertubi tubi, namun tidak satupun yang berhasil mengenainya. Jeff mendengar keith dan troy memburunya. Ketika mereka kehabisan peluru, jeff menuju kamar mandi. Dia mengambil besi tempat handuk dan mencabutnya dari dinding. Troy dan keith mulai mendekatinya dengan pisau yang terhunus.

Troy mengayunkan pisaunya, namunjeff dapat menghindar, dan kemudian menghantamkan pipa besi dari tempat handuk ke wajah troy. Troy berhasil dibereskan, hanya tersisa keith. Keith lebih lincah, dia berhasil menghindar ketika jeff mengayunkan pipa besinya. Dia menjatuhkan pisaunya dan mencengkeram leher jeff. Dia mendorongnya ke dinding. Namun sebuah lotion untuk bleaching jatuh dan mengenai mereka berdua, merka kelabakan, namun jeff dengan sigap membersihkan mukanya dan meraih pipa besi menghajarkannya kembali ke kepala musuhnya. Keith menggelepar sekarat, bermandikan darah, namun kemudian keith tersenyum jahat.

“apa yang lucu?” tanya jeff. Keith mengeluarkan sebuah korek dan menyalakannya. “yang lucu adalah, kamu berlumuran bleach dan alkohol” mata jeff terbelalak ketika kemudian keith melemparkan koreknya ke arahnya. Api pun segera berkobar di seluruh tubuh jeff, alkohol menambah nyala api dan bleach membuat kulitnya mengelupas. Jeff berteriak dalam kesakitan. Dia berguling untuk memadamkan apinya, namun tidak berhasil, alkohol membuatnya benar benar terbakar. Dia berlari menuju lorong dan turun dari tangga. Semua orang yang ada mulai berteriak panik ketika melihat jeff. Jeff terjatuh dan nyaris tewas. Hal terakhir yang dia lihat adalah orang tuanya dan orang lain berusaha memadamkan api dari tubuhnya. Tidak lama kemudian dia jatuh pingsan.

Ketika jeff siuman dia mendapati seluruh tubuhnya diperban. Dia tidak bisa melihat apapun, dia merasakan nyeri di bahunya dan pedih di sekujur tubuhnya. Dia berusaha bangun, namun kemudian dia menyadariada selang di lengannya, ketika dia bangkit, selang tersebut lepas, dan perawat buru buru mendekatinya.

“kupikir kamu belum saatnya turun dari ranjang ini” kata perawat. Dia membibing jeff kembali ke pembaringan dan memasukan kembali selang infus. Jeff duduk, tidak melihat apapun, tidak tahu apa yang ada di sekelilingnya. Setelah beberapa jam, akhirnya dia mendengar suara ibunya.

“sayang… kamu baik baik saja?” tanyanya. Jeff tidak bisa menjawabnya, mukanya tertutup perban, dan dia tidak bisa berbicara. “oh sayang, aku punya kabar baik. Setelah beberapsaksi mengaku bahwa randy dulu yang menyerang kalian, kini liu dibebaskan” hal ini hampir membuat jeff meloncat kegirangan, namun dia teringat selang infusnya. “liu akan keluar besok, dan kalian akan bisa bersama kembali”
Ibu jeff memeluk putranya dan berpamitan pergi. 

Beberapa minggu selanjutnya keluarga jeff datang berkunjung, saat itulah waktunya perban di seluruh tubuh jeff dijadwalkan untuk dilepas. Ketika dokter mulai membuka perbannya semua yang ada mulai merasa tegang, mereka menunggu sampai seluruh perbannya dilepas, sampai saat ketika perban di sekitar kepalanya nyaris dibuka, mereka menunggu semuanya dengan amat sangat tegang dan khawatir.
“mari kita berharap yang terbaik” kata dokter, dia melepaskan perban dan menunjukan wajah jeff yang terluka karena terbakar.
Cerita Asli Jeff The Killer

Ibu jeff berteriak ngeri ketika melihat muka anaknya. Liu dan ayahnya diam tercekat, nampak sangat shock dengan keadaan jeff.
“apa yang terjadi dengan wajahku? Tanya jeff. Dia bergegas turun dan menuju kamar mandi. Dia bercermin di kamar mandi dan melihat wajahnya yang kini nampak hancur dan aneh. Bibirnya terbakar sehingga nampak merah sekali. Kulit wajahnya terkelupas dan menyisakan warna putih yang mencolok, dan rambutnya berubah dari coklat menadi hitam pekat. Dia perlahan meraba wajahnya. Sungguh terasa halus. Dia melihat ke arah keluarganya, kemudian kembali memandang wajahnya di cermin.
“jeff” kata liu “tidak begitu buruk koq….”
“tidak buruk?” kata jeff “ini sempurna!” seluruh keluarganya tentu saja sangat terkejut dengan penuturan jeff ini. Jeff mulai tertawa terbahak bahak. Keluarganya melihat mata dan tangan kirinya tampak berkedut.

“errr.. jeff kamu tidak kenapa kenapa?”
“baik baik saja? Aku tidak pernah merasa segembira ini! Ha ha ha ha haaaaaaaaa… lihat aku! Wajah ini sungguh sangat menggambarkanku!” jeff tidak bisa berhenti tertawa.apa yang menyebabkan semua ini? Ketika jeff berkelahi dengan randy dia kehilangan kendali akan dirinya, kewarasannya hilang berganti dengan nafsu membunuh. Sekarang yang tersisa dari jeff hanyalah seorang mesin pembunuh yang gila, namun pada saat itu orang tuanya belum menyadarinya.

“dokter, apakah anaku baik baik saja… maksudku dengan pikirannya” kata ibu jeff
“ini semua normal, kelakuannya identik dengan pasien yang terlalu banyak menggunakan penghilang rasa sakit. Jika kelakuannya tidak berubah dalam beberaa minggu segera kontrol kembali, kami akan memebrinya tes kejiwaan”
“oh terima kasih dokter” ibu jeff kemudian mendekati jeff “ayo sayang… sudah saatnya pulang”
Jeff berpaling dari cermin, wajahnya masih membentuk sebuah senyum seperti orang tidak waras. “ok bu… ha ha haaaaaaaaaaa!!!” ibunya merangkul jeff dan membantunya mengenakan baju.
“ini baru saja diantar” kata wanita di front desk. Ibu jeff melihat baju yang dikenakan sebelumnya oleh jeff. 

Ibu jeff kemudian memerintahkan anaknya untuk mengenakan kembali baju itu, yang kini telah bersih, sebuah baju dan celana hitam kemudian mereka pergi, tanpa menyadari bahwa sat itu adalah hari terakhir mereka.
Malam itu, ibu jeff terbangun oleh suara yang muncul dari kamar mandi. Kedengarannya seperti seseorang sedang menangis. Dia perlahan berjalan untuk mengecek. Ketika sampai di kamar mandi dia melihat sebuah pemandangan yang sangat mengerikan. Jeff telah mengukir sebuah senyum, mengiris pipinya menggunakan sebuah pisau.

“apa yang kau lakukan jeff???” tanya ibunya
jeff memandang ibunya. “aku tidak bisa berhenti tersenyum bu. Beberapa saat memang sakit. Tapi sekarang aku bisa tersenyum selamanya” ibunya meihat mata jeff, tampak hitam disekelilingnya.
“jeff matamu???” mata jeff nampak tidak pernah tertutup
“aku tidak mampu memandang wajahku, aku merasa lelah dan mataku tak kuasa untuk menutup. Aku bakar kelopak mataku sehingga aku bisa melihat wajahku selamanya, wajah baruku” ibunya mulai perlahan menjauhinya, menyadari bahwa jeff telah menjadi benar benar gila. “kenapa ibu? Bukankah aku nampak mempesona?”

“iya nak” katanya..”ya… kau sangat tampan sekarang. Bb-biar ibu ke ayahmu dulu, supaya ayahmu bisa melihat wajahmu juga” dia berlari ke kamar dan membangunkan suaminya. “ambil pistolmu kita…..” dia terhenti ketika dia melihat jeff dimuka pintu menggenggam sebuah pisau.
“ibu… kamu berbohong…” itu adalah kalima terakhir yang mereka dengar… jeff menerjang mereka dengan pisaunya, dan membunuh mereka dengan brutalnya.

Saudaranya, liu terbangun mendengar keributan diluar. Namun kemudian dia tidak mendengar apapun lagi… maka dia menutup matanya berusaha untuk tidur kembali. Ketika dia mulai terlelap, liu merasakan perasaan aneh, sepertinya ada seseorang yang mengawasi dirinya. Dia melihat sekeliling, namun tiba tiba jeff meloncat dan membekap mulutnya. Jeff perlahan mengangkat pisaunya bersiap untuk menghujamkannya ke tubuh liu. Liu berusaha memberontak dan melepaskan diri…..
Namun kemudian jeff dengan wajah “riangnya” berkata….
“ssssshhhhh….. tidurlah”
…………………..
Jeff the killer adalah seorang psikopat, seorang pembunuh yang menjadi gila setelah tubuhnya terbakar ketika dia mendapatkan bully dari anak lain. Pada awalnya anak anak yang menyerangnya tidak mau mengakui bahwa merekalah penyebab jeff dan mereka berkelahi. Jeff dianggap sebagai biang keladinya, dan orang orang mulai menyalahkannya. Namun ketika salah satu dari mereka membakar jeff, sehingga dia dilarikan ke rumah sakit, akhirnya mereka mengakui seluruh perbuatannya.

Wajah jeff menjadi rusak… kulit wajahnya terkelupas putih, dan konon dia membakar kelopak matanya sendiri (versi lain mengatakan bahwa jeff mengirisnya) sehingga matanya selalu terbuka, dan dia merasa selalu terjaga. Selain tu juga dia mengiris pipinya sendiri, mengukir wajahnya sehingga selalu nampak tersenyum.

Setelah kejadian pembunuhan terhadap keluarganya, yang diyakini merupakan perbuatan jeff… dia kabur dan berkeliaran di malam hari mengincar korban korbannya. Ciri khas jeff sebelum membunuh korbannya dia akan selalu berkata “tidurlah……” dengan wajah “riangnya”
jeff masih berkeliaran di luar sana... membunuh siapa saja, dia datang ke kamar tidurmu suatu malam, membekap mulutmu, dan kemudian akan berusaha menenangkanmu, sebelum menikamkan pisaunya ke jantungmu.

Creepypasta Indonesia

Saturday, October 28, 2017

7 Cara Hantu Untuk Mengganggu Manusia

7 Cara Hantu Untuk Mengganggu Manusia

Hantu sejatinya adalah jin yang bisa menyerupai manusia ataupun hewan seperti macan, ular dan lain-lain, kebanyakan dari mereka yang sering mengganggu adalah jin kafir yang bekerjasama dengan setan untuk menyesatkan ataupun menakuti manusia.

Namun ada juga hantu/jin yang baik, yaitu hantu/jin yang tidak mau menunjukkan keberadaannya sedikitpun kepada manusia. Dengan tidak menunjukkan keberadaannya kepada manusia, maka hantu/jin itupun tidak akan diganggu atau diusik oleh manusia.
Karena antara manusia dan hantu adalah dua makhluk berbeda alam tapi hidup berdampingan yang tidak boleh saling bertatap muka atau berkomunikasi secara mutlak.

Berikut ini ada 7 Cara Hantu Untuk Mengganggu Manusia :

Menampakan Wujudnya

Hantu bisa mengganggu manusia dengan cara menampakkan wujud. Misalnya: mereka menampakkan wujud dalam bentuk seram maupun wujud tampan/cantik, atau menjelma dalam wujud binatang siluman, dan semacamnya. Hal-hal seperti itu adalah perbuatan mengganggu. Hantu seperti ini akan segera disayembarakan oleh manusia untuk diusir atau ditangkap, karena perilakunya meresahkan manusia.

Mengeluarkan Suara atau Bunyi

Hantu bisa juga menakuti manusia dengan menciptakan suara-suara yang menimbulkan rasa takut pada manusia. Misalnya: suara tanpa rupa, suara orang tertawa, suara pintu tertutup, atau bunyi suatu benda dipukul-pukul, dan sebagainya. Hantu seperti ini layak untuk diusir.

Mengeluarkan Bau Busuk atau Wewangian

Hantu terkadang menciptakan bau wangi atau bau busuk untuk menakuti manusia. Misalnya, bau kemenyan, bau minyak wangi orang mati, bau busuk, bau masakan, bau binatang, dan sebagainya. Manusia yang mencium bau aneh tanpa sebab tersebut akan merasa takut dan terganggu. Hantu semacam ini perlu dimasukkan botol.

Merasuki Manusia (Kerasukan)

Hantu seringkali merasuki manusia, bahkan sering terjadi manusia mengalami kesurupan masal. Beberapa orang pintar mengatakan hal itu adalah merupakan bentuk protes hantu kepada manusia ketika mereka merasa terganggu. Terkadang ada siswa atau karyawan pabrik yang mengalami kesurupan masal.

Sebenarnya hantu semacam ini telah mengganggu manusia, karena semua yang ada di bumi diperutkkan bagi manusia, bukan untuk hantu. Hantu sudah mendapatkan bagian sendiri di alam gaib, tetapi mereka masih sering mengklaim bahwa pohon besar atau gedung tua adalah miliknya. Padahal jelas-jelas itu adalah milik manusia. Hantu-hantu semacam ini biasanya akan segera ditransmigrasikan ke tempat lain oleh paranormal yang diundang untuk mengusir mereka.

Menciptakan Sihir

Hantu juga sering menciptakan sihir untuk mengganggu manusia dengan cara mengelabuhi mata manusia. Misalnya, mereka merobohkan pohon untuk menghalangi jalan, menumbangkan rumpun bambu, memindahkan batu besar ke tengah jalan, membuka dan menutup pintu dengan sendirinya, maenghidupkan dan mematikan lampu rumah, dan sebagainya. Hantu seperti ini patut diusir dari perkampungan manusia.


Mencelakakan Manusia

Ini adalah jenis hantu maut yang seringkali berbuat jahil kepada manusia. Mereka mempunyai tempat mangkal di jalan raya berbahaya atau di tempat-tempat lain yang sering terjadi kecelakaan dan merenggut korban jiwa.

Hantu maut bisa saja mempengaruhi pikiran dan perilaku manusia sehingga manusia dibuat celaka olehnya. Hantu seperti ini sulit untuk disingkirkan dan bahkan tidak bisa disingkirkan, karena mereka memang ditugaskan untuk menjaga kawasan tersebut. Satu-satunya cara agar kita selamat dari gangguan hantu maut ini adalah meminta perlindungan kepada Yang Maha Kuasa ketika sedang melintas di kawasan berbahaya.

Menciptakan Fenomena Alam

Hantu bisa juga mengganggu manusia dengan menciptakan fenomena-fenomena alam yang aneh. Misalnya: hantu menciptakan angin topan kecil berputar-putar dan membelit tubuh manusia (di jawa disebut “medi usus”), atau menciptakan kabut asap bergulung-gulung yang menutupi pandangan manusia, atau juga menciptakan sinar berbentuk bintang berekor yang jatuh dari langit mirip komet (di jawa disebut pulung atau ndaru/pembasa santet), dan fenomena-fenomena alam lainnya.

Hantu-hantu seperti ini terkadang ada yang dikendalikan oleh manusia penganut ilmu sesat, misalnya tukang santet.